Selasa, 26 Agustus 2008

Sebelum Ia Berkelebat

Ia datang mendekat
tapi tak terlihat
kutajamkan pandangan
tapi ia tetap tak terlihat

Ia datang semakin mendekat
Kata banyak mulut memang telah dekat

Dekat mendekat
Mengapa masih terlihat pekat
kutajamkan lagi pandangan
Ia tak kunjung terlihat

Rupanya bukan mata yang harus dibuka
Untuk melihat ia mendekat
Tapi bukalah mata hati
Dan kau lihat ia benar - benar telah dekat

Jika mata hatimu terus tertutup rapat
Ia telah berkelebat pergi

*) Marhaban Ramadhan.... Bentuklah diriku menjadi setangguh elang, setegar karang atau seharum melati. Bentuklah dirku menjadi apapun yang kau bentuk asal ku menjadi lebih baik..

Selasa, 19 Agustus 2008

Sayonara Sobat

Saya punya sahabat. Namanya Ade Sabar Ermerardy. Waktu masa - masa sekolah dulu, kami sama - sama aktiv sebagai pengurus OSIS. Saya menjabat sebagai Mitratama (Ketua OSIS) dan Ade sebagai Mitramuda (Wakil Ketua OSIS). Saya menjabat sebagai Pradana (Ketua Pramuka), Ade juga aktif sebagai penggiat PASKIBRA. Meskipun Pramuka dan Paskibra disekolahku punya gengsi masing - masing, tapi saya dan Ade justeru bersahabat karib.

Kami menjalin masa - masa persahabatan yang indah. bahkan hingga sekarang. Dulu kami saling berbagi cerita baik saat sedang jatuh cinta maupun sedang patah hati. Baik saat sedang gembira maupun saat berduka cita. Pernah kami mengalami saat - saat patah hati bersamaan. Dan setelah pulang sekolah kami pun ngobrol kesana kemari tentang rasa patah hati itu hingga akhirnya bisa menertawakan rasa sakitnya.

Ade sahabat yang baik. Sikapnya lebih dewasa daripada saya. Pada banyak sisi kami berbeda banyak. Saya ngambil IPS, Ade menekuni IPA. Ade senang bermain musik, Saya tidak. Saya benci rokok, Ade malah perokok. Tapi kami bertemu pada sisi yang sama yaitu keinginan untuk bersaudara. Dan setiap orang tentunya punya banyak alasan untuk menjalin persahabatan. Yang pasti, saya beruntung karena semasa sekolah pernah punya banyak sahabat baik seperti Ade dan Ummul. Juga yang lainnya.

Sering setiap pulang sekolah, terutama hari jum'at, Saya dan teman - teman berkumpul di rumah Ade. Rumahnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari sekolah. Dirumah Ade juga saya biasanya dapet makan siang gratis. teman - teman yang lain saya kira juga pernah merasakan makan siang gratis dirumah Ade. Orang tuanya sangat ramah dan sudah mengenal kami dengan baik.

Seperti halnya sebuah kehidupan yang silih berganti antara siang dan malam, kehidupan ekonomi keluarga saya dan Ade juga mengalami hal yang sama. Disaat sulit seperti itulah kemudian kami saling belajar dan saling menguatkan. Ade selalu percaya bahwa saya kelak akan menjadi orang sukses. Sebuah dorongan buat saya untuk terus meniti anak - anak tangga kesuksesan.

Saya kagum dengan tanggung jawab yang besar dari Ade untuk keluarganya. Dia menyadari betul bahwa ada adiknya yang harus mendapatkan biaya untuk sekolah setinggi mungkin. Karenanya saat Ade tidak lulus masuk perguruan tinggi negeri, Ade akhirnya memilih untuk bekerja sambil kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta di Banten. Sementara saya yang juga bernasib sama melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta di Malang. Namun pada akhirnya kami pun lulus sebagai seorang sarjana perguruan tinggi negeri. Pada saat tahun kedua di Malang saya ikut UMPTN dan diterima di Universitas Brawijaya Malang sementara Ade ketika lulus kampusnya berubah status menjadi universitas negeri.

Dua tahun yang lalu Ade memutuskan untuk menikahi pacarnya. Memang bukan dengan orang yang diincarnya semasa SMA dulu tapi sepertinya Ade sangat - sangat mencintai pacarnya. Sebuah pilihan yang berat katanya pada waktu itu mengingat penghasilan sebagai karyawan disalah satu pabrik masih harus dibagi juga untuk yang laen. Saya salut dengan keputusanya menikah "Untuk ibadah. Daripada berzina. Ga perlu nunggu jadi orang kaya" ujarnya. Saya jadi malu sendiri soalnya dulu waktu ditanya soal pacar saya lah yang sering gembor - gembor bahwa saya akan menikah ga pake pacar - pacaran segala alias mau langsung nikah muda. Eh malah Ade duluan yang nikah dalam usia muda..

Persahabatan kami terus terjalin hingga saat ini. Hingga dia punya seorang anak putri yang cantik. Dan hari ini Ade harus meninggalkan tanah air untuk bekerja di Abu Dhabi. Ade juga mengajak anak dan istrinya ke Abu Dhabi. Semalam dia bercerita bahwa sebenarnya dia tidak ingin bekerja diluar negeri. Tapi penghasilan di sana memang lebih menjanjikan. Saya sepakat dengan Ade.

Saya terkejut ketika Ade bilang "Jadi TKI kok bangga". Sebelumnya saya bilang "Enak yah kerja diluar negeri".

Saya jadi teringat dengan cerita banyak TKI khususnya TKW Indonesia di Luar Negeri yang mendapat perlakuan tidak manusiawi dan diupah lebih murah dari tenaga kerja negara laen. Betapa rendahnya kita sebagai sebuah bangsa. Belum lagi banyak diantara mereka yang kemudian justeru tidak dihargai bahkan ditipu oleh saudara sebangsanya sendiri.

Ditengah perayaan kemerdekaan saya harus berpisah dengan sahabat saya karena dinegeri orang kehidupan lebih menjanjikan. Tentu dia lebih beruntung daripada tenaga kerja indonesia yang tidak memiliki keahlian karena Ade berangkat sebagai tenaga ahli. Bukan sebagai buruh kasar diperkebunan kelapa sawit atau buruh rendahan yang sering diperlakukan tidak adil.

Ditengah perayaan kemerdekaan saya semakin bersedih karena negeri ini belum benar - benar merdeka. Ditengah perayaan kemerdekaan saya marah dengan setiap penjahat yang berasal dari golongan pemimpin, wakil rakyat, aparat, birokrat, hakim dan pengusaha. Karena penjahat dari golongan mereka tidak lebih baik dari penjajah yang dulu telah menjadikan negeri ini menderita dan menjadikan rakyatnya menjadi romusha dan mati sia- sia. Tiba - tiba saya begitu sangat merindukan lahirnya pemimpin - pemimpin yang adil. Pengusaha yang adil. Hakim yang adil. Aparat dan birokrat yang adil.

Sayonara sobat. Semoga saat kau menyelesaikan kontrak kerjamu dan kembali ketanah air, kondisi ini sudah jauh lebih baik. Sehingga tidak perlu lagi ada rakyat Indonesia menjadi terhina dinegeri orang hanya untuk mencari makan dan menyambung hidup untuk keluarganya.

Minggu, 17 Agustus 2008

Merah Putih Setengah Terbakar

16 Agustus 2008, jam 10 malam
Saya girang sekali. Merah Putih berkibar. Jagoan bulutangkis Indonesia berhasil memenangkan pertarungan melawan jagoan tuan rumah dalam laga final cabang bulutangkis ganda putra. Emas pertama berhasil diraih oleh Indonesia dalam perhelatan Olimpiade yang digelar di China. Markis Kido dan Hendra Setiawan telah memberikan kado istimewa bagi Republik Indonesia yang esok usianya genap berusia 63 tahun. Sebelumnya dua lifter Indonesia menghadiahkan masing - masing satu perunggu dan Maria Kristin dengan perjuanganya menghasilkan satu perunggu untuk Indonesia.

17 Agustus 2008, jam 10 pagi
Ustadz Hidayat Nur Wahid yang menjadi Ketua MPR RI membacakan teks proklamasi. Dan selanjutnya merah putih diserahkan oleh Presiden republik ini kepada seorang anggota paskibra asal Bali untuk kemudian dikibarkan ke angkasa oleh para anggota Paskibra yang berbaris gagah di halaman istana negara. Kemudian selanjutnya dijaga oleh empat orang paspampres (Pasukan Pengaman Presiden) yang setiap 30 menit sekali akan bergiliran menjaga.

Merah Putih telah banyak berkibaran dari pekan - pekan biasanya dibulan Agustus ini. Sebuah tanda bahwa negeri ini tengah memperingati hari kemerdekaannya. Dan seluruh rakyat pun kemudian dibawa kedalam heroisme masa lalu saat para pahlawan mengorbankan jiwa dan raganya untuk satu kata bernama Merdeka!

Lalu bangsa ini pun merdeka. Bukan pada tanggal yang direncanakan oleh BPUPKI. Bukan pula karena pemberian negara penjajah. Bukan pula lewat sebuah pertempuran. Karenanya wajar jika dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia, sangat jelas sekali tertulis "Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa". Karena kemerdekan Indonesia ternyata merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa yang dengan kekuasaanNya berada diats berbagi rencan dan kuasa manusia.

Dan inilah republik yang telah membaringkan jutaan syuhadanya. Negeri yang telah berusia 63 tahun. Negeri yang dengan bangga dikumandangkan oleh Multatuli sebagi Zamrud Khatulistiwa. Negeri yang wilayah perairanya menyatukan pulau - pulau didalamnya. Negeri yang diperjuangkan sedemikian rupa oleh para ulama yang berjiwa ksatria seperti M. Natsir. Oleh para pemimpinya yang berjiwa negarawan seperti M. Hatta. Oleh tentaranya yang menyatukan keimanan dengan keberanian seperti Panglima Sudirman.

Dan inilah republik ini setelah para pahlawan itu beristirahat dengan tenang. Ada Mahmud, seorang kepala sekolah yang juga bekerja sebagi pemulung. Gaji terakhirnya adalah 200 ribu per bulan. Ada juga Kathe Vince Dimara, seorang reporter radio di Papua yang untuk bekerja membutuhkan waktu tempuh selama 1 - 2 jam dengan berjalan kaki. Ada juga Salomina, bocah papua yang harus menyeberang sungai yang deras dan berjalan hingga 2 jam untuk berangkat sekolah.

Ada berjuta lagi rakyat Indonesia yang setelah merdeka justeru hidup bak negeri jajahan. Ada banyak pemandangan kontras yang bisa dilihat dengan kasat mata bahwa kita memang satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa tapi kita tidak satu hati untuk bisa berempati. Untuk tidak berlomba - lomba memamerkan kekayaan dihadapan para fakir miskin.

Lihat handphone kita. Melebihi dari apa yang kita butuhkan. Lihat gaya hidup kita. melebihi dari apa yang kita butuhkan. Lihat tayangan sinetron dan film kita. Lihat kelakuan kita. Lihat syair lagu - lagu kita. Lihat... lihat dengan hati. Betapa banyak sisi hidup kita yang berlebihan. seolah - olah semua adalah hal biasa.

Mereka yang mengusir penjajah, terusir dinegerinya sendiri. Mereka yang mengusir kebodohan, justeru banyak yang kelaparan. Mereka yang berjuang ditanah orang, dihina habis - habisan.

Merah Putih telah setengah terbakar. Namun para guru yang ikhlas mengajar dipelosok - pelosok terpencil terus merajut merah putih. Saya teringat dengan salah seorang guru yang menceritakan langsung gajinya yang hanya 3000 per jam ngajar. Para tentara yang menjaga pulau - pulau terluar, terus merajut merah putih. Saya teringat dengan para tentar - tentara itu yang untuk mandi dengan air bersih saja kesusahan. Para atlit - atlit yang berlaga diberbagai event terus merajut merah putih. Saya teringat para mantan atlit itu banyak yang kesusahan dihari tuanya. Para pelajar yang bertarung dalam berbagai olimpiade fisika, kimia dan lain - lain terus merajut merah putih.

Sekarang giliran kau dan aku. Apakah kita yang membakar merah putih atau kita yang merajut merah putih. Stop gaya hidup mewah. Stop mementingkan diri sendiri. Bergeraklah menuju pelosok - pelosok. Berangkatlah dari ruang - ruang kuliahmu. Berangkatlah dari ruang - ruang diskusimu. Nyalakan harapan rakyat. Merdekakan mereka dari kebodohan. Merdekakan mereka dari serangan konsumerisme. Merdekakan mereka dari ancaman pemimpin yang dzalim.. Merdeka atau mati! Sebab kau akan dihisab setelah mati.... Untuk apa usiamu kau gunakan. Untuk apa ilmumu kau gunakan. Darimana dan untuk apa rizkimu kau belanjakan.....

Sabtu, 16 Agustus 2008

Berjalan Ke Timur (Selesai)

Hati saya bergeliat. Mencoba untuk mencerna berbagai peristiwa demi peristiwa yang terjadi selama pilkada. Mulai dari para para operator dilapangan, suhu yang kurang kental didaerah mahasiswa, ketidakhadiran media secara massif di kampanye puncak, complain soal sampah diradio pasca kampanye, gosip tentang serangan fajar, kampanye lewat sms, tertempelnya foto - foto beberapa tokoh dibeberapa media dan ganjalan hati lainya yang sedikit tersamarkan dengan fakta banyaknya massa yang hadir saat kampanye terakhir.
Pagi hari kantor DPD PKS Kota Malang sudah tertata rapih. Akh Rizal sudah membereskan banyak hal. Saya berujar ke Akh Rizal "Wah... kayak lebaran aja suasananya".
Saya tidak ikut turun kelapangan sebab hari ini adalah hari dimana saya akan meninggalkan Kota Malang.. Saya mengemas oleh - oleh hasil kiriman dari salah seorang teman teman baik yang kini tinggal dikampung halamanya. Selain mengemas beberapa oleh - oleh dan pakaian, Saya juga mengecek tiket yang kemarin dibeli dari agen bus diterminal arjosari.
Entah bagaimana suasana diberbagai TPS. Mungkinkah seheroik saat pemilu 2004. Atau saat para aktivis dakwah kampus mengikuti pemira kampus yang digelar pasca kevakuman EM UB. Entahlah. Saya berharap semoga malang berSINAR.
Matahari telah berada diatas kepala. Adzan Dhuhur berkumandang. Setelah melaksanakan sholat, Akh Didik mengantarkan saya menuju terminal. Saya pamit kepada beberapa orang yang ada di DPD. Mengirimkan sms juga kepada orang - orang terdekat saya. Dan akhirnya ditengah hiruk pikuk pencoblosan, saya pergi lagi dari Malang. Kota yang selalu saya kenang sebagai kota kenangan. Tempat dimana ukhuwah dengan segala pasang surutnya berkelit kelindan.
Para aktivis dakwah di Malang telah mengalami sebuah tribulasi dakwah yang hebat menjelang digelarnya pemilu 2009. Sebuah tribulasi yang membuat para aktivisnya mendapatkan banyak pelajaran. Sebuah momentum dimana orang - orang potensial lahir menggantikan generasi - generasi hebat yang telah meninggalkan banyak prestasi dakwah.
Saat bus memasuki Kota Gresik, ukhti Ani memberikan hasil pilkada Kota Malang. Dan pasangan SINAR saat ini belum diberi kesempatan untuk tampil memimpin Kota Malang. Terjungkal sudah berbagai prediksi selama ini. Semoga ini menjadi guru yang berharga untuk menghadapi perjuangan - perjuangan selanjutnya.

Rabu, 13 Agustus 2008

Berjalan Ke Timur (10)

Kami sudah berkumpul didepan Kampus Poltekes untuk melaksanakan gladi resik. Sore itu juga beberapa anggota Santika juga terlihat hadir ditengah lapangan. Hari terus beranjak senja, tetapi saya, didik dan beberapa panitia masih berada dilapangan. Ada juga Akh Ari yang bekerja sangat keras untuk memastikan segala perlengkapan panggung dan tenda terpasang dengan baik.
Beberapa anggota polisi datang dan meminta para pekerja untuk menghentikan pekerjaanya mendirikan panggung. Saya melihat akh Didik sedang berdebat dengan polisi tersebut. Saya pun menghampiri dan masuk dalam perdebatan yang cukup hangat. Kami berusaha menjelaskan sebisa mungkin dan berusaha mengulur - ulur waktu sambil terus berupaya menghubungi ustadz uril dan pa Azhar. Polisi tersebut tetap ngotot agar kami memindahkan panggung yang sudah berdiri. Menuruti permintaan polisi tersebut jelas suatu hal yang mustahil karena waktu terus bergulir sementara sound belum juga diurus. Kami sholat maghrib bergantian. Ada akh uun dan akh arifin yang juga ikut menjaga. Menjaga agar tidak terjadi hal - hal yang menghambat panggung berdiri. Akhirnya urusan dengan polisi untuk sementara dianggap selesai setelah ada negoisasi.
Rasa lapar yang sejak sore tadi sudah menyapa, belum juga saya perhatikan. Akhirnya saya dan akh yudho yang datang dengan mobil VW pergi membeli makan sambil mengambil singa - singa di DPD yang telah kami beli beberapa hari sebelumnya. Juga mengambil fotocopyan untuk bahan "dzikir" para peserta kampanye.
Malam telah datang membawa kerlip cahaya bintang gemintang. Panggung sudah berdiri. Pekerjaan berikutnya adalah memastikan soundsystem telah terpasang dengan baik. Para teknisi bekerja dengan sangat cekatan. Terlihat sekali bahwa mereka telah berkawan akrab dengan berbagai peralatan soundsystemnya. Selain memastikan soundsystem esok dapat tampil dengan prima, kamipun masih memikirkan background yang belum terpasang, bendera - bendera PKS yang belum berkibar dan segala hal terkait kesuksesan acara esok hari.
Angin berhembus sangat kencang saat kami harus memasang bendera merah putih dan bendera PKS dengan ukuran besar. Akh Beny yang bertubuh besar datang membantu kami semua. tubuhnya yang berat memanjat tiang - tiang panggung. Kami dibawah tertawa melihat tubuh besar itu terus naik ke tiang panggung yang paling atas untuk memasang bendera. Dari atas dia berteriak "Anginne guede...". dan kami justeru makin tertawa lebar melihat Beni deg degan diatas sana. Uun kemudian naik juga ke atas menyusul beni dari tiang satunya. Saat saya naik menggantikan posisi Beni, temen - temen berteriak "Oalah S2 cuma suruh masang - masang bendera". Saya tersenyum simpul. Karena yang mahasiswa S2 bukan cuma saya tapi juga Yudho dan Ari. Strata pendidikan tidak berlakudalam persiapan pilkada ini..
tepat tengah malam, Pa Subhan dan rombongan datang mengunjungi kami. Setelah berbincang - bincang sebentar, rombongan melanjutkan perjalanan kerumah Pa Subhan. Mungkin untuk istirahat tapi lebih mungkin lagi mereka akan berdiskusi dulu soal rencana esok pagi.
Setelah rombongan pergi, tidak lama kemudian saya pulang. Satu mobil dengan Pa Jalal, Pa Ahmadi dan Pa Amri menggunakan mobil VW yang dikendalikan oleh akh Yudho. Didalam mobil itu saya meminta kepada Pa Jalal untuk mengingatkan siapapun bahwa acara esok hari harus berada dalam satu komando. Jangan sampai terlalu banyak yang memberi perintah sehingga membuat segalanya berjalan dengan hati yang kecewa. Permintaan ini sebenarnya adalah hasil tangkapan saya terhadap obrolan beberapa rekan yang mungkin tidak mendapatkan penghargaan semestinya dari yang memberi perintah. Ibaratnya sudah bekerja tidak digaji, tidak dihargai, capek, diomelin pula oleh orang yang lagaknya seperti bos aja. tapi ustadz uril berpesan "kita bekerja untuk Allah". Pesan yang beliau sampaikan waktu saya menyampaikan unek - unek saya terkait kelakuan salah seorang bapak - bapak yang menyinggung perasaan saya dan beberapa ikhwah lainnya.
Sampai di DPD, teman - teman mahasiswa masih sibuk menghias andong yang akan digunakan oleh Pasangan Sinar, Presiden PKS, Ibu Diana Hidayat Nur Wahid dan para petinggi partai lainnya. Entah mereka mengerjakan itu sampai berapa. Semoga setiap letihnya mekar menjadi kenikmatan disurga nanti.
Hari yang ditunggu tiba juga. Para panitia sudah berkumpul tepat pada waktunya. Setelah sedikit melakukan koordinasi, para panitia itu pun langsung menuju pos nya masing - masing. Ada banyak kejadian selama acara berlangsung. mulai dari keributan kecil antara seorang anggota kepanduan dengan peserta kampanye yang susah diatur, hingga acara yang sebelum dimulainya acara pembukaan masih juga berubah.
Saat acara terus berlangsung, ada satu yang janggal. yaitu ketiadaan para wartawan. Hanya ada beberapa saja yang kami lihat meliput kampanye ini. Padahal ini adalah kampanye terakhir dan dikuti oleh massa yang paling besar diantara kampanye pasangan lainnya. Beberapa diantara kami langsung mencium gelagat yang tidak mengenakkan.
Acara berjalan dengan sukses. Ada berbagai kisah dibelakangnya yang belum dapat ditulis. tentang keletihan, pengorbana, keributan - keributan kecil dan kisah lainya yang tidak mungkin dilepaskan dari kesuksesan acara ini.
Saya, Yudho dan Rizal beranjak menuju DPD. Tapi sebelumnya kami harus mengangkat dus - dus air minum yang tersisa. Lumayan banyak sementara tangan dan mata saya sudah sangat lelah. tapi Rizal masih bekerja dengan penuh enerjik. Bahkan sepanjang saya ikut persiapan pilkada ini, Rizal yang menjadi "marbot" resmi DPD bekerja dengan performance yang memuaskan.
Sampai di DPD kami juga tidak bisa langsung istirahat karena disana sudah terlebih dahulu menanti dus - dus air minum yang lebih banyak lagi. menunggu untuk dimasukkan kedalam gudang. Dan kami pun harus menunda waktu istirahat. Para mahasiswa kembali menjadi andalan untuk menyelesaikan tugas - tugas ini. saya tau mereka pun pasti mengalami keletihan. tapi inilah tarbiyah yang sangat bagus buat perkembangan mereka kedepan. Dan mereka pun dengan cekatan memasukkan semua dus - dus air minum itu hingga tersusun rapih di DPD.
Partai ini beruntung punya orang - orang seperti Beny, Rizal, Hasan, Didik, Ari, Yudho dan para mahasiswa yang bekerja dengan penuh semangat. Sesekali ada perasaan manusiawi yang menyemburat. tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang telah mereka kerjakan selama ini. Sepantasnya para petinggi partai ini memberikan apresiasi yang cukup kepada mereka. Paling tidak menjauhkan mereka dari Mr. VIP yang sering berkelakuan layaknya majikan.
Setelah sholat ashar, bahkan mereka pun tidak bisa langsung istirahat. mereka meluncur lagi ke tempat acara untuk membersihkan sampah - sampah yang berserakan disekitar lokasi. Mungkin disaat sebagian yang lain sedang makan enak atau telah beristirahat. saya sendiri tidak ikut bersih - bersih karena badan sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Saya dengar Pa Ahmadi yang mantan ketua DPD dan anggota legislatif ikut membantu membersihkan sampah - sampah tersebut. Sebuah pilihan tindakan yang menyejukkan bagi siapapun yang mendengarnya.

Senin, 11 Agustus 2008

Berjalan Ke Timur (9)

Hari - hari kian membawa para pejuang dakwah di Kota Malang menuju kampanye terakhir. Acara kampanye terus berubah tanpa ada yang tahu jadwal acara yang pasti. Bahkan saya yang bertanggungjawab terhadap jalanya acara juga tidak bisa memastikanya.

Sambil terus bersiaga menghadapi ketidakpastian, kami bertiga terus melangkah. Membentuk panitia dadakan dari para aktivis dakwah kampus. Menggunakan segala yang tersedia guna menghadirkan nuansa kampanye puncak yang full power. Saya menghubungi ukhti Satya untuk membelikan dua buah boneka singa. Agar tercipta kesan arema - nya. Dua singa rupanya belum cukup. Saya dan Yudho akhirnya bergerak menuju sebuah toko untuk membeli pernik - pernik arema yang lain berupa topi dan slayer.

Saya dan akh Didik juga bergerak mencari grup marching band. Alhamdulillah berkat bantuan mbak el, kami berhasil mendapatkan grup marching band yang sesuai dengan anggaran. Bahkan jauh lebih murah. Bersama mbak el juga, saya dan akh didik menghubungi tim hadrah. Kehadiran keluarga pa naryo yang tidak lain merupakan bapak kos saya ketika menjadi mahasiswa, meringankan berbagai tugas. Bahkan bu naryo lah yang menyiapkan konsumsi untuk tim marching band dan pengisi acara lainya.

Saya ingin bercerita sedikit tentang keluarga Pa Naryo. Perkenalan saya dengan keluarga ini dimulai ketika saya dan teman - teman dari fakultas ekonomi merencanakan untuk membuat markas baru untuk para aktivis dakwah kampus fakultas ekonomi Unibraw. Sebelumnya kami sudah memiliki Jagung 1 dan Al Quds (Markas Suara Persaudaraan) sebagai base camp. Tapi seiring dengan perkembangan dakwah di FE yang terus membesar, kami pun akhirnya sepakat membuat basecamp baru. penghuni pertama kontrakan ini yaitu Mas Bimo (Sesepuh), Mas Afrizal (menteri BEM), Akh Dona Indra (Ketua UAKI), Akh Bayu Surya (Penerima beasiswa GE), Akh Echwan (Jagoan Bahasa Inggris), Akh Amir (Ketua Himpunan D3 Pajak), Akh Nanang (Pentolan CIES) dan Akh Eko (Aktivis Himpunan Pajak) dan Dedi (Abangnya Dona Indra) dan saya sendiri yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Komsat UB dan Menteri EM UB. Lalu ada juga Akh Prianda, Indra, Sudwito, Tsaqib dan lain - lain. Dan kemudian jumlah nya terus bertambah dan bergantian diisi oleh para aktivis dakwah FE turun temurun hingga saat ini.

Kami menamakan rumah ini dengan salah satu nama dalam al quran yaitu Ath Thariq yang artinya adalah bintang gemintang. mungkin karena seluruh penghuni rumah ini di harapkan senantiasa menjadi bintang dikampus.

Banyak suka duka yang kami rasakan saat menjadi sebuah keluarga yang menghuni sebuah rumah bernama Ath Thariq. Tidak selalu harmonis dan rukun - rukun saja. Satu dua kerikil terkadang menjadi pewarna interaksi diantara kami semua. Diantara kami ada yang sudah lama berada dalam jalan dakwah ini, ada juga yang sedang berproses memahami dakwah ini. Ada yang sudah masuk kedalam jama'ah ini ada juga yang masih berdiri dihalamanya. Kami pun tidak selalu dalam irama yang sama saat menjadikan rumah ini sebagai bagian dari milik dakwah. Ada ruang privacy diantara kami yang belum terbuka. Tapi semua suka dan duka itulah yang membuat kami akan selalu mengenang saat - saat bersama dalam Ath thariq.

Kami menempati rumah Pa Naryo yang sudah mendirikan rumah baru tepat disamping rumah yang kami tempati. Jadi kami seperti sudah menjadi anak bagi Pa Naryo dan Bu Naryo. Pa naryo dan putri kembar mereka sebelumnya adalah simpatisan salah satu partai yang berbasis Muhammadiyah. Bahkan Putri kembar mereka merupakan pentolan barisan mudanya dan sempat menjadi caleg sebelum akhirnya mengundurkan diri. Seiring waktu akhirnya mereka memilih PKS sebagai partai tempat mereka berjuang. Jauh sebelum Pa Naryo dan Sikembar mendukung PKS, Bu naryo sebenarnya telah lebih dahulu menjadi pendukung PKS.

Dakwah telah menyatukan kami semua. tidak peduli darimana kami berasal. Tidak peduli tinggi rendahnya status sosial atau ekonomi kami. Tidak peduli bagaimana rupa kami. Tidak peduli bagaimana warna kulit kami. Kami telah berhimpun dan bersaudara. Berjuang disebuah rel yang sama. Berkorban dengan apapun yang bisa kami korbankan. Dan karena itulah saya sebagai bagian dari keluarga Ath Thariq juga memiliki kedekatan dengan keluarga Pa Naryo.

Sejak pagi kami sudah disibukkan dengan berbagai persiapan untuk kampanye esok hari. Saya dan akh Didik telah meluncur menuju sekolah yang telah merelakan tim marching bandnya kami pakai untuk mengiringi kedatangan pasangan SINAR ketempat acara. Sekalian melihat latihan mereka. Namun rupanya latihan telah selesai. Dan kami pun meluncur ke tempat acara. Melihat lokasi kampanye yang berada didepan Poltekes Malang. Menimang berbagai kemungkinan. Membangun harapan dan memanjatkan do'a. Mungkinkah esok tempat ini bisa kami putihkan dengan kehadiran para pendukung SINAR?


Minggu, 10 Agustus 2008

Berjalan Ke Timur (8)

15 Juli 2008. Matahari telah lama pergi dari langit Kota Malang. Meninggalkan lampu - lampu kota yang perlahan mulai menggoda malam. Menghadirkan keindahan kota Malang di Malam hari.
Kami masih berkoordinasi seperti biasanya. Menyiapkan kampanye trakhir pasangan SINAR. Berbagai dinamika yang terus berubah juga turut mewarnai berbagai keputusan. Tak pelak akh Dudin, Akh Didik dan saya sendiri yang diamanahi untuk mengawal acara ini dibuat sangat kerepotan dalam mengeksekusi kegiatan yang harus disesuaikan dengan informasi dan data terbaru peta politik yang ada.
Tengah malam setidaknya sudah ada gambaran mengenai anggaran dan gambaran inti kampanye terakhir. Jelas semua masih bisa berubah. Dan saya melirik jam yang telah lewat dari koordinat 00.00 WIB. Rabb.. sudah berlalu segala amal perbuatanku dan telah kau berikan aku kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengukir prestasi di usia yang telah bertambah.
Usia saya kini telah bertambah. Tidak ada lagi pesta ulang tahun dan seremonial meniup lilin sebagaimana masa kecil dulu. Tidak ada lagi taburan kado - kado dan potongan kue. Tidak ada perayaan bersama keluarga.
Satu - satu sms berdatangan. Mengucapkan selamat, mengirimkan doa dan harapan, menghantarkan saya melewati tengah malam. Saya membaringkan tubuh yang terasa penat sambil berusaha memejamkan mata. Mengulang kembali berbagai kenangan. memutarnya sebagai bahan untuk menghadapi masa depan. menggerakkan lisan seraya berdoa agar Allah mengampuni setiap jengkal kesalahan yang telah saya lakukan, menguntai rasa syukur atas segala kenikmatan yang telah Allah hamparkan dan mengikrarkan harapan sebagai rute dalam menapaki masa depan. Dan mata pun terpejam.
Adzan shubuh berkumandang lagi. Saya menitikkan air mata untuk sesuatu. Ada beberapa pesan masuk di handphone. saya belum mau membukanya. Saya segera ambil air wudhu dan segera melangkahkan kaki ke masjid. Saya ingin berlama - lama bermunajat. Menikmati saat - saat dimana diri kita begitu sangat - sangat lemah. berdiam diri di hamparan kerajaan Allah. Menembus langit. menembus semesta. melemparkan diri begitu saja dalam perenungan dan pengembaraan spiritual. Mencari danau dimana saya bisa mereguk air semangat dan harapn sepuas - puasnya guna bekal melnjutkan perjalanan.
Dan fajar mulai menyingsing. Saya kembali kerumah. Meraih handphone dan membaca satu demi satu pesan yang masuk. pesan - pesan persaudaraan dari orang - orang yang saya cintai. Orang - orang yang tidak pernah akan mau saya lupakan dari kenangan saya. dan saya tuliskan satu pesan itu di halaman ini. agar senantiasa menjadi pengingat untuk diri saya dan pengikat persaudaraan yang selama ini telah terjalin...
"Ya Allah, syukur padaMu Rabbi.. masih kau sisakan umur untuku. tambahan waktu untuk memoles hari - hari yang sempat tercoreng moreng. Tambahan kesempatan untuk memperbaiki segala kebaikan yang terkadang terselip ketidaksempurnaan. tambahan masa untuk mengabdi padaMu dan mengukir kemuliaan. tambahan asa bahwa hamba masih kau percaya untuk mengemban amanahMu. tambahan keberkahan untuk menghbiskan sisa waktu menggapai keridhoanMu. Tak banyak pinta hamba kecuali cinta kasih Mu, karena diri tak kan mampu melewati segalanya tanpa itu. Yaa Rabb, usia kami bisa saja berkurang tapi jangan biarkan kami kekurangan ketaatan kepadaMu. Fitrah kami bisa saja sedang mengalami pengikisan, tapi jangan biarkan kami terbawa arus untuk kemudian kehilangan. terlalu naif jika kami tak berharap kebahagiaan, semoga kebahagiaan itu beriring kridhoan. Yaa Sami', jangan biarkan kami kehilangan pendengaran untuk senantiasa tunduk menyambut seruanMu. Yaa Ghaffar, ampuni kami atas segala ketidaktundukan. Yaa Rahman, kami pasrahkan hidup dan mati kami di hadiratMu.. Barakallahulaka. Aamin" (0811XXXXXX)
Dan saya pun beucap terimakasih atas do'a, harapan dan support yang diberikan oleh mereka semua. Setiap kita yang memiliki orang - orang dekat patut untuk bersyukur. Karena mereka lah yang mendekati kita saat yang lain menjauh. Mereka yang memapah kita saat kita patah. Merekalah yang merengkuh kita saat kita terjatuh. Merekalah yang senantiasa menghujani kita dengan rasa percaya bahwa kita mampu melewati setiap ujian yang Allah berikan. tidak semua orang bisa memiliki kenikmatan ini. tapi semoga kamu memilikinya.
"Rabb.. cintailah mereka yang telah mencintai saya jauh lebih baik dari rasa cinta saya kepada mereka. Jadikanlah mereka sebagai orang - orang terbaik di sisi saya dan kelak engkau menghimpun kami sebagai orang - orang yang layak berada disisiMu dan disisi para penghuni surga lainya."

Kamis, 07 Agustus 2008

Berjalan Ke Timur (7)

Rumah itu masih tampak seperti dulu. Hanya etalase yang saya rasa belum ada ketika pertama kali menginjakkan kaki ke rumah ini. Rumah ini adalah tempat dimana saya bertemu dengan sepasang suami istri yang sangat simpati dengan PKS. Dulu mereka sama - sama berjuang ditanah orang sebagai tenaga kerja diMalaysia dan berkenalan dengan PKS disana. Saya, Neni, Tsaqib dan Nining mendapat tugas untuk menyisir daerah Purwodadi dalam program Kuliah Kerja Dakwah (KKD) yang salah satu tugasnya adalah menelusuri orang - orang yang telah bersentuhan dengan PKS, selain juga tentunya menyentuh orang - orang baru.
Sepasang suami istri yang telah menjadi seperti keluarga saya ini bernama Muslim dan Rodiyah. Mereka punya anak bernama Putri yang selalu malu jika saya dan rekan - rekan silaturrahim kerumahnya. Waktu itu Putri masih berusia sekitar tiga tahun. Dan kini saat saya kembali menginjakkan kaki kerumah ini, Putri telah sekolah didekat rumahnya. Dan Keluarga ini juga telah mendapat tambahan anggota keluarga baru. Seorang bayi yang cantik jelita. Namanya Hanifah Althafunnisa. Sayangnya saya tidak dapat bertemu dengan pa Muslim karena dia sedang bekerja di Sukabumi.
Saya bahagia bertemu dengan bayi ini. Terlebih saat bundanya bilang "Nak, ini loh om Izul. Yang ngasih nama buat anak". Duh, saya benar - benar berbahagia. Meski malu juga waktu mbak Rodiyah nanya kapan saya menikah?
Hanifah Althafunnisa adalah gabungan nama yang saya berikan ketika Pa Muslim meminta saya memberikan usulan nama untuk putrinya. Althafunnisa sendiri adalah nama salah satu tokoh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman el Shirazy. Sebenarnya saya mengusulkan nama "Khansa Althafunnisa". Tapi biarlah. Mungkin nama itu kelak akan saya pakai sendiri sebagai nama anak saya.
Setelah cukup bersilaturrahim, saya pun melanjutkan misi silaturrahimnya ke rumah Pa Rudi. Ketua DPRa Purwodadi yang sehari - hari berprofesi sebagai satpam di sebuah sekolah dasar. Saya menyusuri jalanan Gang Sumpil. Berusaha mengingat - ingat mulut gang sempit menuju rumah pa rudi. Dan alhamdulillah ketemu juga meski sempat terlewat.
Saya tidak melihat motor merah keluaran Honda jaman dulu yang biasanya dipakai oleh pa Rudi. Yang ada adalah motor hitam baru. Rupanya Pa Rudi sudah berganti tumpangan. Setelah mengetuk beberapa kali, pintu dibuka oleh seorang anak kecil. Tidak lama pa Rudi muncul. Dan suasana pun semakin bertambah akrab setelah bertukar cerita. Tentang anaknya yang baru masuk SMK, tentang tugasnya sebagai ketua DPRa, tentang istrinya, tentang perjuangan memenangkan pilkada dan lain - lain. Cerita - cerita pa Rudi menambah kebahagiaan yang telah saya dapat sebelumnya dari pertemuan dengan keluarga Pa Muslim. Pa Rudi pun dengan bangganya mengenalkan anaknya yang sudah bersemangat ikut kegiatan - kegiatan PKS meski baru akan menginjak kelas satu SMK.
Dan matahari terus merayap menuju barat. Saya harus berpamitan untuk melanjutkan silaturrahim kerumah - rumah yang lain. Sebelum pulang, pa Rudi mengabarkan kalau pa Afif sedang ada dirumah. Pa Afif adalah orang paling tua yang aktif mensosialisasikan PKS waktu 2004 dahulu. Ketika saya meninggalkan Malang, saya mendapat khabar kalau pa Afif kembali bekerja sebagai sopir di Madinah. Dan saat saya sedang menyusuri kembali kenangan - kenangan perjuangan pada Pemilu 2004, Pa Afif juga sedang berada dirumah.
Sebelum kerumah Pa Afif, saya kerumah mbak Novi. Dia adalah muslimah keturunan arab yang sangat dekat dengan neni Chandra. Akhwat yang menjadi partner saya dalam mengelola dakwah di Purwodadi. Dan dulu rumah Novi adalah rumah yang paling sering dijadikan tempat koordinasi dan mengadakan berbagai kegiatan partai lainnya. bahkan didepan rumahnya kini sudah terpampang papan nama DPRa Purwodadi. Salah satu ciri khas rumah Novi adalah banyak kucing yang dipelihara. Kalo nggak salah waktu saya terakhir kali kerumahnya ada empat belas kucing yang dipelihara oleh Novi. Novi juga kini telah membuka usaha menjahit pakaian dan memproduksi kue - kue kering. Ah... Sayangnya Novi sedang tidak ada dirumah. Jadi saya pun melanjutkan silaturrahim kerumah pa Afif.
Saya mengucapkan salam dipintu rumah pa Afif. istrinya mempersilahkan kami masuk dan membangunkan pa Afif yang sedang tidur. Pa Afif sepertinya sudah lupa dengan nama saya. baru ketika saya memperkenalkan diri lagi, beliau langsung ingat dengan semua kegiatan yang pernah kami lakukan di Purwodadi. Beliau pun bercerita banyak tentang pengalamanya selama di Madinah. Sepiring kurma kering dan biskuit dari madinah terhidang dihadapan saya. Dan perut ini pun harus diatur sedemikian rupa untuk menampung hidangan dari tuan rumah setelah sebelumnya kemasukan hidangan dari rumah pa Muslim dan pa Rudi.
Seiring langit yang mulai memerah, saya pun berpamitan dengan pa Afif. Tidak lupa saya meminta agar saat di Madinah, Pa Afif mendoakan saya terutama ketika sholat di Masjid Nabawi. Semoga saja pa Afif tidak lupa...
Alhamdulillah... denyut nadi dakwah terus berlanjut di Purwodadi. Dan semoga terus meluas hingga cita - cita kami memenangkan partai dakwah didaerah Purwodadi bisa tercapai. Karena cita - cita ini kelak akan bersambung dengan cita - cita partai kami untuk menjadikan Indonesia sebagai negeri yang penuh barokah bisa tercapai.
"rabb sesungguhnya engkau mengetahui hati - hati ini telah berhimpun untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. maka kuatkanlah selalu atas nama Engkau yang maha pengasih dan maha penyayang. Dan kumpulkan lah kami disurga yang indah damai bersama para rasul dan sahabat serta orang - orang shalih yang terdahulu dan yang kemudian. Aamin"

Jumat, 01 Agustus 2008

Berjalan Ke Timur (6)

Jam sudah berhasil melewati pukul 00.00 WIB. Koordinasi memasuki pembicaraan terakhir. Udara dingin Kota Malang yang biasanya menggila saat penerimaan mahasiswa baru, bersaing ketat dengan suhu politik Kota Malang memasuki minggu terakhir masa kampanye untuk pemilihan walikota Malang yang bertepatan dengan pemilihan gubernur Jawa Timur. Akh Didik bilang kalau rapat - rapat biasanya selesai jam 03.00, wuih....
Saya tidak bisa tidur di malam pertama berada di Kota Malang. Meski ketika datang sudah menutup lubang - lubang jendela dengan koran, udara dingin sepertinya berhasil menerobos masuk. Tidak ada jaket tebal yang dulu biasanya saya pakai. Tidak ada selimut juga. walhasil, sepanjang malam saya terus merasa kedinginan.
Shubuh menjelang dengan iringan suara adzan dan guyuran air wudhu yang menyegarkan. Angin menerpa wajah kurusku dengan gelisah. Membuatku semakin merapatkan tangan untuk menutupi badan. Alhamdulillah, berhasil juga saya melewati shubuh yang sangat dingin. Setelah dzikir, saya bergegas menuju rumah. Mencari kasur empuk untuk kemudia berharap setelah membuka mata lagi, matahari datang membawa sedikit kehangatan.
Dan matahari datang bersama hangatnya. Tapi saya masih malas untuk mandi. Pagi ini mencoba menyusun jadwal. Ke DPRa silaturrahiim dengan Pa Rudi, Mbak Novi, Mbak Rodiyah. Orang - orang yang dulu bersama - sama berjuang mendulang suara untuk partai dakwah di Pemilu 2004. Sorenya ada undangan untuk silaturrahim keKAMMI Komisariat Universitas Brawijaya.
Mumpung ada di MAlang, banyak - banyakin silaturrahim. Nambah rezeki, nambah keberkahan.
 

blogger templates | Make Money Online