Jumat, 28 November 2008

Ketika Kau Kutemukan

Aku menemukanmu
Dari rerimbun pergerakan
Dari gelombang yang tercipta oleh kehidupan
Dari cahaya yang menundukkan kegelapan

Maka izinkan aku menjadi bintang paling terang dihatimu
Dan kan kubiarkan kau menjajah hatiku sejauh yang Allah izinkan

Aku menemukanmu
Saat langit tak selalu biru
Saat bunga bermekaran
Saat ku terjaga dari bayangan

Dan kau telah mendamaikan mata jiwaku
Sebelum kau mendamaikan mata ragaku

Aku menemukanmu
Dan waktu bersaksi
Bahwa kita ditakdirkan untuk bersatu
Mendayung bahtera di kehidupan yang fana
Agar kelak kita berlabuh disurga

Untuk cinta yang ditakdirkan bersatu.... barakallahu laka ya

Doa Deklarasi PK

Sewaktu masih sekolah, saya punya buku catatan yang menemani saya pengajian. Buku itu berwarna biru dengan lambang partai keadilan dimana - mana. Disetiap lembaranya ada kutipan hadis atau ayat. Dibelakangnya ada doa yang dipanjatkan ketika deklarasi di masjid al Azhar. Doa ini saya temukan lagi disebuah milis karena bukunya sendiri sekarang sudah tersimpan dalam kardus...


Doa dilantunkan oleh K.H. Rahmat Abdullah pada Deklarasi Partai Keadilan
Lapangan Masjid Agung Al-Azhar Jakarta, 09 Agustus 1998

Ya ALLAH, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.
Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya.
Engkau pencipta dan pelindungnya

Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami
Rukunkan antar hati kami
Tunjuki kami jalan keselamatan
Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang
Jadikan kumpulan kami jama'ah orang muda yang menghormati orang tua
Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda
Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian

Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar
Wahai yang menyambung segala yang patah
Wahai yang menemani semua yang tersendiri
Wahai pengaman segala yang takut
Wahai penguat segala yang lemah
Mudah bagimu memudahkan segala yang susah
Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak
Engkau Maha Tahu dan melihatnya

Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu
Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu
Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur
Lindungi kami dengan perlindungan- Mu yang tak tertembus
Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami
Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami
Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami
Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara
Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami

"ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih"

Ya ALLAH, kami hamba-hamba- Mu, anak-anak hamba-Mu
Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu
Berlaku pasti atas kami hukum-Mu
Adil pasti atas kami keputusan-Mu

Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu
Dengan semua nama yang jadi milik-Mu
Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu
Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu
Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu
Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib
Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur'an yang agung
Sebagai musim bunga hati kami
Cahaya hati kami
Pelipur sedih dan duka kami
Pencerah mata kami

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang marak menyala

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan laut yang mengancam nyawa

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan oleh kafir durjana

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam, dan perut ikan

Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya
Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya
Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara

Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa
Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia
Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-Mu murka
Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya

Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami

Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami
Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri

Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti
Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan

Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da'i penyeru iman kepada nenek moyang kami penyembah berhala
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran untuk menyambung risalah suci dan mulia ini kepada generasi berikut kami
Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini dengan sikap malas dan enggan berda'wah karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa

Kamis, 27 November 2008

Disudut Masjid Sunda Kelapa

Diatas langit tak lagi biru. Senja telah datang memayungi Jakarta. Suasana langit semakin redup karena hujan belum selesai menjalankan amanahnya. Saya bersama Pa Karnain Asyhar, teman sekelas saya yang juga teman satu kantor, berjalan tergesa - gesa menuju kantor Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga yang letaknya bersebelahan dengan kantor kami berdua. Rencananya kami akan menjemput Pa Budiyanto, salah seorang calon pejabat Kemenegpora yang juga sama - sama sedang menempuh pascasarjana dikelas yang sama.

Ceritanya kami bertiga akan berangkat bareng ke kampus. Mirip dengan masa - masa sekolah dulu lah yang kalau mau berangkat saling menjemput dengan teman lainya. Sebenarnya saya dan Pa Karnain bukan menjemput, tapi mendampingi Pa Budiyanto yang memang terkadang membawa mobil pribadinya untuk ke kantor dan ke kampus. Soalnya kalau kami tidak mendampingi Pa Budi, khawatir berurusan dengan polisi karena terkena peraturan jalur Three in one (Satu mobil minimal kudu ada tiga orang).. intinya sih saya dan pa Karnaen dapat fasilitas gratisan menuju kampus he.. he.. he...

Mobil pa Budi menembus kemacetan Jakarta. Berbelok ke arah semanggi, benhil dan terus melaju mengantarkan kami menuju kampus UI Salemba. Namun kumandang adzan Maghrib terlebih dahulu menyergap sebelum kami sampai ke kampus. Dan Adzan tepat menyergap dari sebuah masjid yang berkali - kali saya lewati. Sebuah masjid yang semasa sekolah dulu sering saya dengar namanya lewat majalah An Nida, UMMI atau sabili langganan saya dan teteh. Masjid Sunda Kelapa namanya. Tempat sebuah organisasi remaja masjid yang sering nongol publikasinya di majalah yang saya sebutkan tadi. Organisasinya sendiri bernama Remaja Islam Sunda Kelapa yang biasa disingkat RISKA.

Dengan pasti, mobil memasuki pelataran masjid. Hujan mulai bertranfsformasi menjadi gerimis. Inilah kali kedua kaki saya menginjakkan kaki dimasjid ini. pa Karnain pun demikian. Karena kami menginjakkan kaki di masjid ini kemarin. Masjid ini cukup keren menurut saya. Disebelahnya ada Rumah Sakit Masjid Sunda Kelapa yang meskipun kecil tapi terlihat cukup modern.

Kaki - kaki kami mulai masuk ke halaman masjid. Sangat asri dan teduh. Menyenangkan sekali jika rumah saya kelak bersebelahan dengan masjid seperti ini. Orang - orang sudah banyak yang berwudhu dan menuju ruang sholat diatas. Dibawah sendiri digunakan untuk aula dan beberapa ruangan lain yang saya belum familier.

Diatas, ternyata para jamaah masjid ini sedang menunaikan buka puasa. Subhanallah... saya sendiri jadi malu. Karena hari kamis ini seharusnya saya juga puasa sunnah. Puasa yang menjadi kegemaran Rasulullah SAW. Puasa yang seharusnya juga sudah melekat dalam diri setiap kader yang tergabung dalam barisan partai dakwah tanpa perlu diprogram atau diperintahkan oleh pimpinan partai.

Hati saya terus bergetar, Sama seperti kemarin. Terlebih saat memasuki ruang utama masjid dimana jama'ah juga sebagian sedang shalat sunnah dan sebagian lagi sudah duduk berdzikir menunggu iqamah. Saya berusaha menggapai barisan paling depan, tapi tidak berhasil. Tapi alhamdulillah bisa dapat di barisan kedua. Semoga saja dapat keberkahan.

Saya ikut duduk bersama yang lain menunggu iqamat. Tak henti - hentinya saya memanjatkan doa. Sebuah doa yang semakin intens saya munajatkan akhir - akhir ini. Kalau tidak salah, ada ulama yang memberi nasehat kalau tubuhmu bergetar ketika mengingat Allah, maka bersegeralah berdoa karena saat - saat itulah doa lebih mudah dikabulkan. Ditambah lagi hujan belum berhenti, dan ini adalah waktu antara adzan dan iqamat sehingga semakin tepatlah saat ini untuk berdoa sebanyak - banyaknya.

Iqamat dikumandangkan. Jamaah berdiri dan membuat barisan dengan rapat. Imam mengumandangkan takbir dan suara merdunya mengalunkan ayat - ayat Al Quran hingga menghujam masuk kedalam hati. Alhamdulillah... Meskipun menurut saya, imam hari kemarin jauh lebih syahdu.

Senja yang sangat indah. Alhamdulillah... saya menemukan perjalanan ruhiyah yang menyenangkan di masjid ini. Sebuah perjalan ruhiyah yang tidak setiap saat bisa saya rasakan. Perjalanan ruhiyah yang semoga mengantarkan doa saya lebih cepat untuk dikabulkan. Perjalanan ruhiyah yang semoga bisa teman - teman rasakan juga kalau berkesempatan sholat ditempat ini.


Rabu, 26 November 2008

Menjadi PNS

Kemaren, saya mendampingi atasan menerima perwakilan dari forum tenaga honorer dari sebuah instansi. Mereka menyuarakan aspirasinya karena hak mereka yang seharusnya diangkat menjadi PNS malah menerima surat yang intinya merumahkan mereka. Ada yang sudah bekerja selama 23 tahun sebagai honorer, tetapi sampai detik ini malah belum diangkat sebagai PNS. Ufff Indonesiaku.

Dikoran - koran, televisi bahkan juga melihat langsung ketika akan masuk kantor, para demonstran yang terdiri dari guru - guru honorer juga menuntut hal yang serupa. Diangkat menjadi PNS. Konon khabarnya juga para pemimpin desa menuntut hal serupa.

Didaerah saya juga sekarang sedang ramai pendaftaran calon PNS. Banyak SMS yang masuk dari teman - teman saya menanyakan apakah saya ikut menjadi salah satu pendaftar calon PNS. Dirumah saya sering didesak dan disindir untuk daftar jadi PNS.

PNS kini bergeliat. Profesi yang satu ini semakin banyak dilirik orang. Ada ragam motivasi kenapa kini menjadikan pegawai pemerintah alias pamong praja alias abdi negara alias PNS sebagai profesi primadona. Kata orang - orang yang serius daftar profesi ini, jadi PNS itu enak. Gajinya terjamin, dapet dana pensiun, kerjanya nyantai, jam pulangnya pasti, ga khawatir di PHK, ada banyak peluang dapat duit tambahanya pula.


Hmmm... wajar kalau banyak yang mulai bermimpi jadi PNS. Lha dengan fasilitas seabrek begitu, setidaknya nasibnya lebih tenang daripada buruh yang gampang dapat PHK dan cuma dapat pesangon tanpa ada tunjangan pensiun. Apalagi menjadi PNS tidak ada waktu kerja malam hari.

Meski dikejar banyak orang, ternyata tidak semua penduduk negeri ini yang berminat jadi PNS. Katanya, menjadi PNS itu ga seru. Ga ada tantanganya, terjebak rutinitas dan membosankan. Ada juga yang malas jadi PNS karena katanya jadi PNS itu sama aja dengan pengangguran yang makan duit rakyat. Kerjanya cuma duduk aja, baca koran, main game, kalau ada rakyat yang minta dilayanin pelayananya ga ramah sekali. PNS yang harusnya menjadi pamong praja alias pelayan rakyat malah pengen lebih dihargai dari rakyatnya sendiri. Belum lagi yang suka nerima amplop sogokan, kepentingan rakyat bisa sangat terabaikan. Setali tiga uang deh dengan tuduhan miring kepada wakil rakyat. Pelayan rakyat dan wakil rakyat sama - sama membebani rakyat. Belum lagi ditambah dua lagi yaitu para pengadil rakyat dan penjaga rakyat. Lengkap sudah mereka yang seharusnya meringankan beban rakyat malah jadi pembeban rakyat.

Tapi tentu saja yang digambarin diatas, ga sepenuhnya benar. Masih ada kok PNS yang benar - benar bekerja untuk rakyat. Yang menolak duit sogokan, menolak berbagai fasilitas yang tidak seharusnya mereka terima, yang masuk dan keluar kerja sesuai jam kerjanya bahkan membawa kerjaanya kerumah. Mereka benar - benar menjalankan fungsinya sebagai pelayan rakyat. Begitu juga dengan wakil rakyat dan pengadil rakyat. Masih ada kok yang pro kepentingan rakyat.

Menjadi PNS buat saya sama saja dengan berprofesi halal sebagai apapun. Semuanya kembali keniat awal dan kesadaran bahwa bekerja itu ibadah dan profesi itu adalah amanah. Dan setiap amanah akan dimintakan pertanggungjawabanya. Orang - orang yang bekerja dengan niat menikmati berbagai fasilitas kemudahan, berpotensi besar untuk mengkhianati amanah. Mereka yang ingin menjadi PNS karena terbayang bakal kerja enak, gaji jelas tiap bulanya, peluang besar dari pendapatan sampingan, status sosial yang terhormat dan sejenisnya, bisa jadi berakhir dengan kehidupan yang jauh dari bahagia dan ketenangan karena sudah menjelma menjadi drakula - drakula yang menghalalkan segala cara untuk hidup enak. Bukan itu saja, merekapun akan merasakan pahitnya hidup dibalik penjara.

Namun para PNS yang bekerja dengan penuh amanah, tentu saja mereka berpeluang besar menikmati surga yang indah karena mereka telah bekerja memudahkan rakyat. Meringankan beban rakyat. Melayani rakyat. Meski gaji mereka hanya sekedar cukup untuk menjalankan amanah dengan profesional. Seperti guru - guru, dokter, tentara dan lainya yang bekerja didaerah terpencil. Gaji sebagai PNS manalah cukup untuk hidup enak. Tapi saya yakin mereka telah hidup tenang kelak disurga nanti.


Selasa, 25 November 2008

Terimakasih Guru

Terbentang sudah cakrawa ilmu. Sejak guru menyentuh huruf - huruf hingga mampu menjadi kata. Terhujam sudah akar - akar ilmu. Sejak guru menyentuh kata - kata hingga menjelma menjadi makna. Terasah sudah nilai - nilai. Sejak guru menyentuh laku dengan moral.

Sejak mula, guru telah menempati tempat terhormat dalam panggung kehidupan. Sosoknya mengaliri kehidupan dengan cinta. Menitiskan ilmu bak mata air yang tak pernah henti mengucur. Terus mengalirkan air hingga jauh menyapa setiap pohon dan tanah gersang.

Sejak mula, guru memang pahlawan tanpa tanda jasa. Karena apalah arti tanda jasa dibanding kebahagiaan ketika murid - murid tersayangnya mampu menjadi sumber kebahagiaanya yang tak pernah habis memenuhi ruang hatinya.

Sejak mula, guru adalah cerita mengenai keteladanan. Lembaran - lembaranya adalah kisah yang tak pernah berakhir mengenai ketulusan yang tak pernah berhenti mengalir. Sebab guru adalah hati seluas samudera.

Sejak mula, guru adalah keajaiban. Cintanya, harapanya, kebahagianya, perhatianya tak jauh berbeda dengan orang tua kandung kita. Sebab guru adalah orangtua yang tak pernah melahirkan kita.

Maka sehelai kata terimakasih ini kusematkan untuk guru - guru saya tercinta. Semoga guru mendapat kebahagiaan sejati. Didunia dan akhirat.

Terimakasih guruku.
Spesial buat Pa Suananto (Alm), Pa Nasehat (Alm), Pa Thohiri (Alm)
Semoga lelahmu tercerai oleh kasih Allah

Kamis, 13 November 2008

Cinta yang tak sempurna

Cinta yang tak sempurnaa

Membentur batas – batas

Mencipta bias – bias

Lepas


Cinta yang tak sempurna

Terlukis samar – samar

Terbujur memar – memar

Hambar


Cinta yang tak sempurna

Terucap sembunyi – sembunyi

Tersekat sepi – sepi

Sunyi


Cinta yang tak sempurna

Mati dalam hati

Hidup dalam kenangan

Tak boleh ada penyesalan



Buat orang - orang yang cintanya tak di pertemukan takdir....

Surat Bunda

Teruntuk anandakau sayang,


Assalammualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh


Sebelumnya maafkan bunda jika kedatangan surat ini mengganggu ananda. tidak ada maksud bunda menulis surat ini kecuali mengungkapkan rasa rindu bunda kepada ananda.


Ananda yang bunda cintai...


Waktu ananda meminta ijin kepada ayah dan bunda dan untuk mengikuti pesantren, bunda sangat terharu. Bunda sangat bangga dengan pilihan nanda untuk mengisi liburan sekolah dengan ikut pesantren kilat. Bunda sangat mendukung sekali. Karena Bunda sangat ingin ananda mengisi liburan ini dengan kegiatan yang positif dan terhindar dari pergaulan yang buruk.


Ananda yang bunda sayangi...


Duh... ternyata berat sekali. Bunda memang bangga dengan pilihan liburan nanda. tapi Bunda menjadi kahawatir dengan nanda. Bunda khawatir nanti nanda tidak betah. Bunda khawatir nanti ananda akan sakit, kelelahan dan kurang tidur.


Tapi ayah meyakinkan bunda kalau ananda akan baik – baik saja selama mengikuti pesantren. Ayah bilang, kelak kalau ayah dan bunda meninggal, anandalah yang akan mendoakan ayah dan bunda. Anandalah yang menjadi kebanggaan ayah dan bunda dihadapan Allah. Anandalah yang akan membuka pintu surga untuk ayah dan bunda.


Ananda... Kata – kata ayah membuat bunda tenang. Bunda sadar bahwa ananda cuma berpisah selama beberapa hari saja dengan Bunda. Kelak juga pasti kita akan berpisah. Ayah dan Bunda akan berpisah dengan anak bunda yang selama sembilan bulan lamanya selalu bersama bunda kemanapun bunda pergi.


Ananda yang bunda banggakan


Dulu bunda ingat sekali... waktu lahir dulu ananda sangat lucu sekali. Bunda hiraukan semua rasa sakit yang bunda rasakan saat melahirkan ananda. Yang bunda inginkan adalah segera melihat anak bunda. Mendengar tangisan ananda. Dan memeluk ananda secepatnya. Dan ketika ananda datang dengan tubuh yang masih merah, ayahlah yang dengan bangga membawakan ananda kepada Bunda. Ayahlah yang kemudian memperdengarkan adzan dan iqamat ditelinga kanan dan kirimu. Hingga kini akhirnya ananda tumbuh menjadi anak yang lincah.


Nandaku,


Pertama kali ananda belajar berjalan, Bunda menarik napas dalam – dalam setiap kali nanda berjalan tertatih lalu terjatuh. Bunda biarkan nanda terus belajar berjalan meskipun setiap kali nanda terjatuh dan menangis, bunda juga ikut bersedih. Bunda lakukan itu semua karena bunda sayang dengan ananda.


Juga ketika pertama kali nanda berlajar naik sepeda. Bunda biarkan ananda terjatuh dan menangis, meskipun hati kecil bunda juga merasakan tangis ananda. Semua ayah dan bunda lakukan agar ananda menjadi anak yang tidak mudah menyerah.


Bunda juga ingat waktu ananda bunda antar ke TK didekat rumah. Bunda senaaang sekali melihat ananda memakai seragam sekolah untuk pertamakalinya. Bunda tau kok kegelisahan ananda waktu ananda selalu mencari – cari bunda dari dalam kelas, itu tandanya nanda sayang dengan bunda kan. Dan Bunda selalu yakinkan kepada ananda bahwa Bunda selalu ada didekat ananda. Bunda berjanji akan setia menunggu ananda dari luar kelas hingga ananda selesai mendapatkan pelajaran dari ibu guru.


Waktu ternyata berputar sangat cepat. Sekarang anak bunda sudah besar. Ananda yang dulu bunda antar kesekolah sudah tidak perlu bunda antar lagi sekolah. Sudah tidak perlu bunda tunggu lagi dari luar kelas. Bahkan sudah bisa pergi jauh tanpa kawalan bunda. Dan kini berangkat ke pesantren bersama teman – teman ananda.


Ah... nandaku sayang. Bunda ingin menuliskan banyak sekali kenangan bersama ananda. Karena bunda rindu sekali dengan ananda. Bunda ingin melihat keadaan ananda. Ingin sekali menjenguk ananda. Tapi bunda tahu, mungkin ananda akan malu kalau bunda jenguk.


Biarlah bunda hanya bisa mengungkapkan rindu bunda hanya lewat surat ini saja. Tidak ada yang bunda harapkan selain keridhoan dari Allah agar kelak ananda jadi anak yang sholeh. Tidak ikut – ikutan terbawa pergaulan yang buruk. Bisa menjadi orang yang sukses didunia dan diakhirat kelak. Dan menjadi kebanggan buat ayah dan bunda. Di dunia dan akhirat.


Biarlah bunda simpan dulu semua rindu bunda. Menyimpan rasa sayang bunda kepada ananda.


Jaga diri baik – baik ya.. jangan banyak bercanda. Kerjakan setiap perintah panitia dan pemateri agar nanda jadi kebanggaan buat ayah dan bunda. Ayah dan bunda senantiasa berdo’a untuk kebaikan ananda. Berusaha sekuat tenaga untuk menjaga ananda hingga pada waktunya nanti ayah – bunda tinggalkan, ananda senantiasa memilih jalan yang benar dalam kehidupan ini.


Dan nanda perlu tahu. Sampai kapanpun ayah dan bunda selalu menyayangi ananda. Sampai kapanpun ananda...


wassalammualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh


Dari bunda

Yang menanti kedatangan ananda

Mengeja Kesederhanaan, Menata Ulang Kebersamaan

Kesederhanaan. Mengapa hari ini kita begitu merindukanya. Bukan sekedar rindu bahkan. Tapi membutuhkan. Kesederhanaan bagi sebagian orang bermakna tidak berlebihan, tetapi juga bukan berarti kekurangan. Kesederhanaan berarti bersikap apa adanya. Tidak berusaha membanggakan diri. Tidak secara provokatif pamer kekayaan. Kesederhanaan juga dimaknai sebagai sebuah pilihan untuk tidak menggunakan berbagai fasilitas yang sebenarnya ia sanggup untuk menikmatinya begitu saja. Makna yang terakhir ini kita banyak mengenalnya dengan istilah zuhud.

Kesederhanaan adalah sikap untuk menempatkan diri sesuai pada tempatnya. Berpikir dan bertindak sesuai dengan kebutuhanya. Kesederhanaan bukan menyerah pada keadaan tetapi juga bukan mengada – ada hingga kita terjerumus pada keputusasaan. Kesederhanaan adalah bersikap adil. Menempatkan sesuatu pada tempatnya. Menghidupkan ajaran kesederhanaan berarti menegakkan keadilan.

Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW menjalani kehidupanya sebagai raja dari wilayah islam yang begitu luas dan menutup kehidupanya hanya dengan menyisakan beberapa dirham saja. Sebuah grup nasyid merekam kehidupanya dalam syairnya:

Pernahkah engkau renungkan tentang

Hidup rasulullah sang junjungan

Rela hidup dalam kesederhanaan

Pertahankan kehormatan

Lewati malam – malam yang kelam

Dalam keadaan lapar

Bersama segenap keluarganya

Tak dapatkan satupun makanan

Bahkan tak pernah menikmatinya

Dari atas meja

Tidur beralaskan tikar kasar

Terbuat dari kulit rerumputan

Hingga membekas pada punggungnya

Tak pernah kenyang didalam hidupnya

Bahkan pernah tiga purnama

Tiada api menyala dirumahnya

................................................

(Suara Persaudaraan, zuhud I)


Ramadhan menyegarkan kembali ingatan hati dan pikiran kita akan sebuah nilai luhur bernama kesederhaan. Saat kesederhanaan dihidupkan kembali lewat ajaran langit untuk menahan diri dari hawa nafsu sepanjang hari. Menahan lapar dan dahaga ditengah harinya. Menegakkan shalat tharawih dimalam harinya. Menelusuri perasaan sebagian dari kita yang hari – harinya dijalani dengan perut lapar dan haus karena fakir. Meringankan hati kita untuk memberi dan berbagi kasih dan sayang. Menghadapkan diri kita sebagai hamba yang sama dihadapan penguasa semesta.


Sebagai sebuah negara, kebersamaan kita telah memasuki usia yang ke 63 sejak 17 Agustus yang lalu. Berusia 63 tahun juga jika menggunakan penanggalan islam karena kita baru saja melewati ramadhan, bulan dimana proklamasi kemerdekaan dikumandangkan.


Kebersamaan kita, telah melewati berbagai ujian mulai dari agresi militer, rongrongan kedaulatan, rezim otoritarianisme hingga tempaan krisis ekonomi yang melahirkan berbagai kerusuhan di ibukota maupun didaerah.


Kita tidak akan pernah menyesali reformasi yang telah membuka berbagai sumbatan untuk menjadi bangsa yang besar. Kita tidak akan pernah menyesali keruntuhan rezim orde baru yang memasung energi kreatif kita. Yang akan kita sesali adalah saat reformasi menjadikan kita lupa diri dan lupa sesama. Lupa akan ajaran kesederhanaan yang menghadirkan sikap toleransi, saling menghormati, ramah dan penuh welas asih. Kesederhanaan yang melahirkan solidaritas kita sebagai anak bangsa.


Nilai kesederhanaan kini banyak yang telah pergi dari tengah – tengah kita. Dan kelak jika ia kembali pulang, maka ia menjelma bak oase ditengah gurun sahara. Kan menjadi penyejuk ditengah kegersangan atas kebersamaan yang telah kita jalin dan kita pintal sekian lama. Saat kekayaan dan kemiskinan berada pada dua sisi yang saling berjauhan. Saat empati terselimuti kabut – kabut keegoan diri.


Kita membutuhkan kesederhanaan sebagai jembatan yang menghubungan antara si kaya dan si miskin. Antara pejabat dan rakyat biasa. Antara orang pintar dan orang bodoh.


Harus ada upaya untuk terus mengeja kesederhanaan dalam keseharian kita. Memastikan bahwa kepekaan kita tidak tumpul dan berkarat. Setiap kita. Tak peduli apakah kita seorang pejabat atau rakyat biasa. Tak peduli saat ini kita kaya atau miskin. Tak peduli kita sedang mewakili atau sedang diwakili diparlemen.


Mengeja kesederhanaan adalah keharusan bagi setiap orang. Bagi yang saat ini berada dalam kejayaan, kesederhanaan akan menjadi pengingat dirinya untuk tidak semena – mena dan menginjak – injak yang ada dibawahnya. Bagi yang saat ini berada dibawah, kesederhanaan diperlukan untuk menghidupkan harapan dan tidak mengumbar kedengkian.


Bagi seorang pemimpin, dia harus memastikan semua yang dipimpinya mampu mengeja kesederhanaan. Lihatlah bagaimana Umar bin Khatab saat menjadi pemimpin puncak dari sebuah negara islam yang besar. Dia menghukum gubernurnya yang bertugas di Hamash dengan menyuruhnya berpakaian seperti penggembala dan menyuruhnya menjadi penggembala domba untuk beberapa waktu karena sang gubernur tersebut membangun sebuah rumah mewah. Lalu akan berapa banyakah penggembala – penggembala domba dadakan jika sosok seperti Umar menjadi presiden di negeri ini.


Bagi seorang bawahan, kesederhanaan diperlukan untuk terus menjadi bara perjuangan meski godaan kedengkian kepada atasan senantiasa dihembuskan. Terus bekerja melakukan perbaikan – perbaikan.


Kesederhanaan kita pada akhirnya akan menjadi perekat satu sama lain. Bak sebatang pohon yang terus bertautan dari akar hingga ujung dahan dan buahnya. Sebuah pohon berasal dari biji yang satu. Kemudian dari biji itu ada yang menjalar kebawah menjadi akar. Terus mensuplai berbagai nutrisi meski tak terlihat dari mata manusia. Adapula yang menjulang keatas menjadi batang, ranting, daun dan buah. Yang menjulang keatas tampak oleh mata, di puji dan dikagumi. Tapi semua tumbuh satu sama lain dengan penuh kesederhanaan. Tidak ada kedengkian dari akar. Tidak pula ada pamer kesombongan dari yang diatasnya.


Masih ada bulan – bulan yang harus kita lalui. Bulan - bulan yang akan menguji simpul – simpul kebersamaan kita. Sebagai ummat. Sebagai sebuah bangsa. Sebagai sebuah negara. Sebagai sesama anak bangsa.


Mari kita mengeja lagi kesederhanaan. Menata ulang kebersamaan kita agar tidak terberai ditengah jalan. Agar berjalan beriringan antara pemimpin dan bawahan. Antara si kaya dan si miskin. Antara pejabat dan rakyat. Jangan biarkan hawa nafsu dan ego diri menumpulkan kepekaan. Jangan biarkan pula kedengkian dan kelemahan mematikan harapan. Kesederhanaan akan membuka jalan kejayaan dan kebesaran.


”........ dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, menyebabkan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adil lah. Karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Bertaqwalah. Sesunguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Maidah ayat 8)

Rabu, 12 November 2008

Episode Kemenangan

Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu akbar
laa ilaahailallahhu Allahu akbar...

Lembayung senja mengantarkan kata - kata ini ke sepenjuru semesta. Menghias alam hingga memancar kecantikanya yang meluruhkan setiap hamba dalam sujud panjang. Seperti jurang yang tak pernah terlihat dasarnya. Atau seperti ombak yang tidak pernah berhenti menyapa pantai. Menggetarkan hati setiap hamba yang telah menemukan cintanya setelah dicari selama berbulan - bulan lamanya. Menemukan cintanya yang baru. Bukan. Bukan cinta yang baru. Tapi cinta yang lebih terang. Cinta yang membuat dirinya tak mampu berkata - kata. Bahkan airmata pun tak mampu menggambarkan kebahagiaan yang dialaminya.

Inilah bulan syawal menjelang. Dentang kemenangan bagi orang - orang yang berjuang selama bulan ramadhan. Hari dimana fajar menyemburat dengan jernih. Awan - awan bergelayut manja dilangit yang bersih. Angin - angin berdesir membawa pesan surga. Bahwa nun tersembunyi disana, ada tempat yang tak pernah terbersit dari hati manusia. Tak pernah terlintas dalam pikiran manusia. Tak pernah tertandingi harumnya oleh wewangian dunia. Tak pernah terbayang kenikmatnya sedikitpun dalam rasa manusia. Inilah tempat dimana bidadari bermata jeli telah menanti. Menjadi teman setia saat mereguk kenikmatan istirahat yang sangat panjang. Bercanda didekat telaga raihan. Diiringi kicau merdu burung - burung surga.

Inilah idul fitri. Saat dunia dihiasi jiwa - jiwa yang bersih. Jiwa - jiwa yang telah mengalami penyucian. Wajah - wajahnya menerangi sekitarnya bak mutiara - mutiara yang berkilauan. Senyumnya menawan hati siapapun yang memandangnya. Langkahnya di puja bumi, di puji langit, dinanti bidadari..

Dan Hanya dengan satu kata ajaib. Maaf. Serta secangkir ketulusan. Bunga - bunga kasih sayang bermekaran dimana - mana. Kerabat yang jauh mendekat. Dendam remuk redam. Yang terputus, kini tersambung. Yang tersumbat, kini terbuka. Yang kusut kini terurai. Tangan - tangan bersalaman. Senyuman tersemai.

Dan hanya tersisa damai....

Taqaballahu minna waminkum. Taqabbal yaa kariim. kullu aam wa antum bi khoir. Minal aidzin wal fa aidzin. Mohon Maaf lahir dan batin. Nyuwun ngapunten upami wonten kalepatan....

Selasa, 11 November 2008

Diary Ramadhan (5)

Tidak banyak yang berubah dengan bangunan utama masjid ini. Masjid Ibadurrahman. Sebuah masjid yang merupakan bangunan tidak terpisahkan dari TQ Ibadurrahman. Ditempat inilah saya mengeja al quran dan melengkapinya dengan berbagai ilmu agama mulai dari fiqih, shiroh hingga belajar berorganisasi.

Kegiatan belajar agama ini dimulai selepas sholas maghrib. Kami anak - anak kecil dari Kampung Kubangawan berduyun - duyun menuju masjid ini. Di Masjid ini ada ustadz bernama Mustofa Idris dengan istrinya Aam Mardiyah. Mereka menempati sebuah ruangan dibelakang masjid.

Jika ramadhan tiba, anak - anak yang tergabung dalam Remaja Islam Masjid Ibadurrohman (RISMI) biasanya mengadakan banyak sekali kegiatan mulai dari ifthor jama'i, ceramah agama, sholat tarawih berjama'ah, kajian dhuha pekanan, bakti sosial, i'tikaf hingga takbiran.

Ada banyak kesan mendalam dari sepotong kenangan masa kecil saya di masjid ini. Terutama sepotong kenangan dari sebuah program bernama i'tikaf. Saya lupa tahunya tapi mungkin sekitar tahun pertama di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ini adalah i'tikaf pertama saya. 10 hari lamanya. Pa Mustofa membimbing kami dengan sangat sabar.

Dulu, saya merasakan betul kesakralan dari ibadah yang satu ini. Mungkin karena yang pertama. Tapi bisa jadi karena justeru i'tikaf pertama inilah yang saya lakonin dengan sangat serius selama 10 hari. Karena ketika SMA saya tidak pernah lagi menjalaninya selama 10 hari penuh.

Di i'tikaf pertama itu, saya benar - benar takut untuk keluar dari masjid. Karena khawatir batal i'tikafnya. Jangankan keluar dari masjid, kalau ada yang mendorong temanya keluar masjid hingga kakinya menyentuh tanah saja bisa berbuntut keributan. Jadi kerjaan kita selama 10 hari itu hanya berputar pada tilawah, sholat sunnah/wajib, mendengarkan ceramah, membaca buku dan tidur. Semuanya sudah terprogram. Ada waktunya dan ada penanggung jawabnya.

Diakhir i'tikaf tepatnya ketika malam takbiran, kami semua menengok rumah masing - masing dan kembali kemasjid dengan membawa aneka macam kue yang sudah dipersipakan untuk dihidangkan dihari raya besok. Seolah - olah malam itu merupakan malam kemenangan. Dan pagi hari setelah sholat shubuh, Pa Mustofa memberikan minyak wangi "malaikat shubuh" dan sebuah al quran saku untuk tiap peserta. Sampulnya berbeda - beda warnanya. Saya masih ingat betul warna al quran untuk saya. Sebuah al quran dengan warna merah menyala. Paling beda diantara yang lainya.

Dan ramadhan kali ini, saya pun menyapa lagi masjid kecil ini. Ketika saya harus melakoni kuliah di Kota Malang, saya hanya sesekali bisa menyapa masjid ini. Bangunan disekitarnya sudah sangat berubah. Tidak ada lagi pohon cherry yang dulu buahnya sering menjadi rebutan. Tidak ada lagi pohon ceremei yang juga menjadi lahan rebutan. Kebun disamping sekolah juga kini sudah tidak ada dan berganti dengan bangunan SDIT Ibadurrahman yang kokoh berdiri dua lantai.

Pa Mustofa dan Bu Aam kini sudah menempati rumahnya sendiri bersama dengan putra - putrinya. Dini bahkan kini sudah menginjak usia SMP. Para peserta dan panitia i'tikaf zaman saya dulu pun kini sudah banyak yang berkeluarga dan hanya tersisa beberapa orang saja.

Meskipun keberadaan RISMI pasang surut dan programnya saya rasakan sudah tidak seprogresif dulu, namun diakhir ramadhan ini saya masih melihat program i'tikaf berjalan. Meskipun sekali lagi program ini tidak seketat sebagaimana ketika saya dulu melakoninya. Ada sekitar 15 anak kecil usia SD hingga SMP yang mengikuti program i'tikaf kali ini. Mereka kali ini dibimbing oleh Ahmad Najmudin.

Anak - anak kecil itu tetap dengan gayanya. Bermain. Bercanda. Ribut - ribut kecil. Mungkin mereka belum mengetahui bagaimana seharusnya i'tikaf dilakukan. Sebagaimana dulu saya juga alakadarnya menjalani i'tikaf sesuai dengan apa yang dijadwalan oleh panitia.

Namun saya yakin kelak mereka akan merasakan sendiri. bahwa sepotong kenangan seperti ini akan membuat mereka senantiasa hidup fitrah kebaikanya. Dan ketika mereka begitu jauh melangkah, mereka akan merindukan saat - saat seperti ini. Semoga....

Senin, 10 November 2008

Diary Ramadhan (4)

Dingin menerobos masuk saat adzan shubuh mengetuk pintu - pintu rumah. Memanggil para penghuninya untuk beranjak menuju masjid.

Iniliah hari dimana dalam rencana kehidupan saya, sekelompok anak SMA akan saya kumpulkan dalam acara pesantren kilat. Acara yang marak diadakan oleh banyak kalangan untuk memakmurkan bulan ramadhan. Anak - anak SMA ini merupakan para Ketua/Pengurus OSIS dan ROHIS disekolahnya masing - masing yang berada dalam jangkauan wilayah kerja dakwah saya dan teman - teman.

Sebenarnya, untuk pesantren kilat kali ini saya agak bingung. Jauh lebih bingung daripada ngadain pesantren kilat ramadhan tahun kemarin. Soalnya banyak kesibukan yang membuat saya tidak terlalu fokus menggarap acara ini. Terlebih karena wilayah dakwahnya bergeser dari wilayah dakwah tahun kemarin sehingga saya belum punya gambaran orang - orang yang akan membantu saya menyiapkan acara ini. Kalau tahun kemarin masih ada anak - anak KAMMI Untirta yang siap sedia membantu. Belum lagi soal dana yang belum jelas darimana sumbernya. tapi pertolongan Allah itu dekat.

Soal bantuan dana, saya bersyukur punya teman - teman sekelas yang bersedia membersihkan hartanya lewat program pesantren kilat ini. Satu persatu mereka menjadi tangan - tangan Allah yang mengalirkan bantuan dana untuk kesuksesan acara ini. Bahkan tangan mereka menjangkau jauh lebih banyak hingga ke kantong - kantong teman mereka. belum lagi tambahan dana dari teman - teman saya yang ada di Jakarta plus sedikit infak dari panitia yang menyediakan ruang buat saya untuk berbagi ilmu. Jadilah terkumpul dana yang cukup untuk sekedar memberi ifthor buat para peserta. Satu masalah sudah diberikan solusinya oleh Allah. Tinggal satu masalah lagi.

Alhamdulillah kemarin, saya berkesempatan mengisi kelompok pengajian binaan saya sehingga langsung terpikir untuk memberdayakan mereka sekaligus mengenalkan mereka dengan dunia dakwah yang lain diluar sekolah mereka. Dan anak - anak binaan saya menyambut tantangan dakwah ini dengan antusias sehingga saya mendapat keuntungan ganda. Dapat sumberdaya yang akan membantu kelancaran acara pesantren kilat dan dapat momentum untuk mendekatkan binaan saya dengan dunia dakwah. Alhamdulillah....

Dan pagi ini terhampar. Selepas shubuh tadi saya terus memantau kesiapan acara. Mengecek teman - teman satu kelompok pengajian yang bertugas untuk menyiapkan tempat, sound system dan tentu saja mobilisasi peserta. Karena semua itu tidak dapat saya jangkau karena rumah saya memang diluar wilayah garapan dakwah. Jadi tugas itu diamanahkan ke bapak - bapak yang memang berdomisili diwilayah dakwah tersebut. Sayapun mengecek kesiapan binaan saya yang mau ikut membantu acara. Sebagian mereka menginap dimushola sekolah. Sebagian pulang kerumahnya masing - masing.

Jam telah lewat dari jam 6.30. Acara akan dimulai jam 08.00. Itu berarti maksimal jam 07.00 saya harus sudah meluncur dari rumah mengingat waktu tempuh menuju tempat acara yang kurang lebih 30 menit - 45 menit dari rumah. Belum lagi hujan yang mengguyur semalam pasti membuat jalanan yang berlubang sedikit banyak akan menggoda sepanjang perjalanan.
Satu pesan singkat masuk ke telepon genggam saya. Pesan dari binaan saya. Mereka meminta maap karena sedari tadi tidak mengangkat panggilan telepon dari saya. Rupanya selepas shubuh tadi mereka terlelap lagi dan baru bangun. Saya tidak mungkin menunggu mereka sehingga saya berpesan untuk menyusul saja. Peluangnya sangat tipis mereka akan menyusul karena mereka sendiri belum mengenal wilayahnya. Tapi siapa tahu....

Ketika saya hendak keluar rumah, tiga orang binaan saya datang kerumah. Mereka sudah bersiap untuk mendampingi saya diacara pesantren kilat ini. Mereka rupanya tidur dirumah jadi terhindar dari serangan virus kantuk yang melumpuhkan teman - teman mereka yang tidur di Mushola.

Dan kami pun meluncur menuju tempat acara. meliuk - liuk menghindari lubang yang terkadang tiba - tiba saja seperti muncul tak terduga. Dan alhamdulillah. Kami sampai ditempat acara sebelum peserta berdatangan. Setidaknya tidak ada beban moril karena terlambat.

Didalam mushola saya melihat putrinya Pa Suwondo sedang membersihkan ruangan. Tinggal 10 menit lagi dari jadwal yang tertera diundangan. dan kami pun bergerak cepat membereskan ruangan. menyiapkan soundsystem, menata karpet, menyiapkan LCD dan seterusnya. Namun rupanya kami kalah cepat dengan peserta. Satu per satu mereka berdatangan disaat kami belum siap secara sempurna. Tapi alhamdulillah, tidak lama persiapan telah selesai. Dan acarapun dimulai.

Binaan saya pun berperan menjadi panitia dadakan. Sedikit pengarahan dan mereka pun bertugas menjadi MC dan pendamping kelompok plus menjadi panitia sapu jagat yang bertugas menangani segalanya mulai dari konsumsi, perlengkapan, penerima tamu dan sebagainya.

Materi pertama diisi oleh Kang Ria. Ketua Laboratorium Dakwah Remaja (Labdar) Propinsi Banten. Acara berlangsung sangat menarik. Ditambah lagi dengan selingan berbagai slide - slide menarik dengan potongan - potongan video yang segar, lucu dan menginspirasi peserta.

Selepas materi pertama, saya mengambil alih acara. Mulai dari memberikan materi hingga memandu game - game dinamika kelompok. Jam - jam terus berjalan. Satu persatu acara dilewati. Satu persatu nilai - nilai ditanamkan. Satu per satu harapan dihidupkan. Satu persatu mata hati dibuka. Satu per satu generasi baru terlahir dengan semangat baru. Dengan nilai baru. Dengan keimanan yang lebih segar.

Tinggal satu materi terakhir. Tenaga saya sudah terkuras. Saya lemas. Dan hanya bisa melanjutkan materi dengan duduk. Kepala terasa berat dan tenggorokan terasa kering. Tapi sebuah energi masuk kedalam jiwa. Yang memutuskan rasa lelah. Ketika para peserta terus memancarkan kebahagiaan. Memancarkan semangat dengan deras seolah berpacu dengan hujan yang turun sangat lebat. Peserta terus tersenyum. meminta agar materi terus dilanjutkan. Alhamdulillah...

Dan acara harus ditutup lebih cepat dari rencana semula. Tempat wudhu bermasalah sehingga sulit digunakan untuk mengambil air wudhu buat sholat ashar.

Ketika penutupan, peserta bersepakat untuk merutinkan acara seperti ini. Dengar saja penuturan salah seorang peserta. Saya lupa namanya tapi saya masih ingat wajahnya. Karena dibandingkan peserta yang lain, peserta yang satu ini berpenampilan agak "berandalan" sehingga tampak sebagai anak yang sulit diatur.

"Saya sebenarnya malas ikut acara - acara yang religius seperti ini. tapi saya disuruh sama pembina OSIS saya dan saya pun terpaksa ikut pesantren kilat ini. Dan ternyata acara disini berbeda dari apa yang saya bayangkan tentang pesantren kilat. Saya mengaku tobat. Semoga acara ini bisa lebih sering"

Dan kata Pa Ondo, peserta yang satu ini telah menelpon beliau. Dan dia telah membuat sebuah lagu yang terinspirasi dari pesantren kilat yang ia ikuti. Dan lagu itu telah diperdengarkan disalah satu radio swata terbesar di kota kami. Subhanallah...

Seluruh lelah telah berguguran. Selalu berguguran. Setiap saya melihat dan merasakan para peserta yang mengikuti program dakwah kami melewati jalan yang kami rintis dengan kebahagiaan. Mereka menemukan lagi jalan kehidupan yang selama ini telah tertutup semak belukar dunia. Hidayah itu milik Allah. Dan sungguh, kebahagiaan menyaksikan hidayah itu turun lewat jalan yang kita usahakan adalah pemandangan yang tidak pernah bisa dilukiskan oleh pelukis siapapun diatas kanvas manapun juga. Kebahagiaan itu tidak juga bisa dituangkan dalam kata - kata oleh penyair hebat sekalipun.

Kebahagiaan melihat hidayah itu turun hanya bisa kita rasakan jika kita menempuh jalan dakwah. Dan kau akan merasakan menjadi manusi yang paling beruntung dimuka bumi ini.

satu jalan telah dirintis dan dilalui. Tinggal saya dan teman - teman memastikan bahwa mereka sampai ketujuan. termasuk kami yang juga sebenarnya mengikuti jalan yang telah dirintis oleh pendahulu - pendahulu kami para nabi dan rasul....
 

blogger templates | Make Money Online