Selasa, 16 Desember 2008

Hingga Sepatu Bicara

Jika peluru tak mampu kau muntahkan untuk melawan jelmaan firaun, maka belajarlah dari Muntazer al Zaidi, pemuda Irak yang berani. Usianya hanya terpaut dua tahun lebih tua dari saya ketika saya menuliskan keberanianya. Masih 28 tahun. Tetapi sepasang sepatu miliknya telah melayang kearah presiden negeri adidaya saat ini, George W Bush. Sepasang sepatu yang mungkin akan selalu menghantui tidur nyenyak sang presiden.

Usah kau pakai logika manapun untuk menjelaskan kenekatan "Sang Pelontar Sepatu". Cukup satu logika bahwa cacing pun akan bergeliat ketika di injak. Logika yang dipakai oleh Soekarno ketika menjelaskan perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia.

Sepasang sepatu Muntazer mewakili pesan dari berjuta rakyat muslim diseluruh dunia. Bahkan jutaan ummat manusia dari berbagai suku, agama, ras dan benua manapun. Sebuah pesan damai bahwa Allah Maha Adil. Dan Dia tidak pernah tidur. Bahwa Tuhan akan membalas siapapun yang berbuat dzhalim diatas muka bumi ini.

Ilusi perang melawan terorisme adalah mimpi buruk bagi perdamaian dunia. Tak jelas siapa yang meneror dan siapa yang diteror. Siapa pula yang membutuhkan Amerika disetiap masalah karena selalu saja Amerika membawa masalah baru yang lebih besar.

Maka sepasang sepatu Muntazer adalah teror bagi gembong teroris. dikunjungan terakhirnya sebagai seorang penguasa negeri "Polisi Dunia". Sama seperti kerikil - kerikil yang dilemparkan oleh tangan - tangan mungil bocah - bocah Palestina yang masa depanya direnggut paksa oleh muntahan - muntahan peluru dan bom. Sama seperti tamparan tangan - tangan perempuan Palestina ketika kehormatanya direnggut oleh serdadu - serdadu iblis. Siapa yang menanam angin dia akan menuai badai.

Salam penghormatan dari saya wahai Muntazer. Kau melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan.


Rabu, 10 Desember 2008

Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Indonesia

Pendahuluan
Selama 32 tahun rezim orde baru berkuasa, kekuatan negara yang begitu kuat telah memandulkan kekuatan masyarakat. Jargon pembangunan yang menjadi brand image orde baru, justeru menghasilkan kegelisahan – kegelisahan dikalangan masyarakat yang sebelumnya banyak terbuai dengan pertumbuhan ekonomi yang selalu positif. Masyarakat yang gelisah kemudian melahirkan letupan – letupan di beberapa masa. Peristiwa Malari yang dipicu atas irasionalnya penanaman modal asing di Indonesia, mewakili kegelisahan masyarakat tersebut. Kita kembali menyaksikan letupan terbesar satu dasawarsa terakhir lewat peristiwa Reformasi 1998.

Langkah strategis orde baru lewat paradigma pembangunanya yang menekankan orientasi pada pertumbuhan (growth) tanpa melakukan pemerataan (distribution), telah melahirkan dua kelompok yang oleh Khatimi Bahri (1999:56) disebut sebagi dualisme pertumbuhan. Kelompok tersebut yaitu kelompok ekonomi kuat (konglomerat) dan kelompok ekonomi lemah. Statistik pertumbuhannya menunjukkan bahwa dalam jumlah yang sangat kecil yaitu 6 persen dari sekitar 200 juta orang penduduk Indonesia, ternyata mampu menguasai 86 persen pangsa pasar Indonesia yang berarti hanya 14 persen yang dikuasai oleh pengusaha kecil.

Ketimpangan yang begitu mencolok antara para konglomerat dengan sebagian besar rakyat Indonesia, tidak semata – mata disebabkan oleh paradigma pembangunan namun juga turut ditunjang oleh terjadinya sentralisasi kekuasaan ditangan presiden yang cenderung menciptakan otoritarianisme. Kontrol masyarakat begitu lemah sehingga penguasa begitu leluasa memainkan perannya yang begitu luas dan memberikan peluang suburnya praktik – praktik kerupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Praktik – praktik kotor yang sedemikian parah kembali memberi jalan sejarah terjadinya letupan – letupan ditengah masyarakat yang melhirkan gelombang reformasi 98.

Gerakan Reformasi yang dimotori oleh mahasiswa berujung pada peletakan jabatan presiden oleh Soeharto yang menandai runtuhnya kekuasaan rezim orde baru secara de facto. Peristiwa peletakan jabatan presiden Soeharto yang tidak disangka – sangka, memberikan harapan terjadinya hubungan yang lebih adil antara masyarakat dan negara.

Pasca Reformasi, pekerjaan rumah yang sangat besar telah menanti. Sanggupkah reformasi menjadi jalan bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat Indonesia sebagaimana cita – cita dan semangat kemrdekaan. Dan kini, menjelang satu dasawarsa reformasi, kita perlu kembali berupaya lebih keras untuk mengoptimalkan masyarakat madani sebagaimana yang dulu pernah kita harapkan untuk mewujudkan kesejateraan masyarakat Indonesia karena faktanya kita belum sejahtera.

Konsep Masyarakat Madani
Masyarakat madani lebih populer di Indonesia untuk menerjemahkan istilah Civil Society. Istilah tersebut juga merupakan padanan lain yang sering digunakan untuk masyarakat warga, masyarakat beradab, masyarakat kota, masyarakat sipil dan masyarakat berbudaya. Secara sosiologis, jika merujuk pada istilah society dalam bahasa Indonesia berarti masyarakat.

Istilah masyarakat madani merujuk pada pada kota Madinah, sebuah kota yang sebelumnya bernama yatsrib di wilayah Arab, dimana masyarakat tersebut hidup dibawah kepemimpinan nabi Muhammad dan membangun sebuah peradaban yang tinggi pada zamannya. Menurut Nurkholis Majid, kata "Madinah" berasal dari bahasa arab "madaniyah", yang berarti peradaban. Karena itu masyarakat madani berasosiasi dengan "Masyarakat beradab". Dalam pengertian lain, "Madinah" juga dapat diterjemahkan sebagai kota yang berarti masyarakat madani berarti masyarakat kota.

Pandangan lain mengenai Civil Society mengemukakan bahwa sejarah konsep masyarakat madani berasal dari tradisi pemikiran barat dimana konsep ini pertama kali lahir sejak zaman Yunani kuno. Cohen dan Arato mengungkapkan bahwa versi awal konsep ini sebenarnya dari Aristoteles ketika mengungkapkan istilah Politike Koinonia – dalam bahasa latin Societas Civilis – yang berarti masyarakat politik / komunitas politik. Istilah tersebut digunakan oleh Aristoteles untuk menggambarkan sebuah masyarakat politik dan etis dimana warga negara didalmanya berkedudukan sama dimata hukum.

Konsep Aristoteles kemudian dikembangkan dengan sangat kuat oleh Cicero yang mengenalkan istilah societas civilis. Pada abad pertengahan, konsep tersebut kemudian dikembangkan antara lain oleh Thomas Aquinas yang memahaminya dalam makna yang merujuk pad akonsep negara kota (city state). Melalui pemikiran Otto Bruner, konsep ini digambarkan sebagai sesuatu yang merujuk pada dualisme, bukan antara state dan society melainkan antara raja dan rakyat. Thomas Hobes dalam karyanya berjudul Leviathan (1651), memahami civil / poltical society sebagai ide normatif mengenai kebebasan dan persamaan warga negara sebagai kesatuan politik.
Menurut Cohen dan Arato, munculnya berbagai versi pemikiran yang berbeda mengenai masyarakat madani, pada dasarnya dapat dilihat dari tiga domain yaitu: (1) hubungan domain masyarakat madani dengan masyarakat politik; (2) hubungan masyarakat politik dengan masyarakat ekonomi: (3) hubungan masyarakat madani dengan masyarakat ekonomi.

Henningsen berpendapat bahwa masyarakat madani pada dasarnya identik dengan ruang publik (public sphere) dalam masyarakat modern yang berfungsi dengan baik. Dengan demikian, dihadapkannya domain negara dan masyarakat madani secara kontradiktif tidak lagi relevan.

Menurut Gellner, masyarakat madani merupakan sekelompok institusi / lembaga dan asosiasi yang cukup kuat mencegah tirani politik baik oleh Negara maupun komunal / komunitas. Ciri lainya yang menonjol adalah adanya kebebasan individu di dalamnya ; di mana sebagai sebuah asosiasi dan institusi, ia dapat dimasuki serta ditinggalkan oleh individu dengan bebas.

Di Indonesia, gagasan mengenai masyarakat madani mulai hangat dibicarakan sebagai imbas dari perubahan politik di Eropa Timur. Pembicaraan mengenai gagasan masyarakat madani menandakan bahwa di Indonesia mulai tumbuh kesadaran yang kuat untuk mengembangkan model gerakan sosial yang bersifat madani.

Menurut Ryaas Rasyid, relevansi masyarakat madani untuk Indonesia adalah didasarkan alasan bahwa karena kita juga memiliki keinginan membangun masyarakat yang mampu berkreasi secara maksimal, dan lebih dari itu membangun masayarakat yang menyerap nilai-nilai demokrasi secara konstruksi melalui mana dapat diharapkan suatu sistem politik dan pemerintahan yang lebih demokratis dari waktu ke waktu.

Menurut Dawam, pengertian tentang masyarakat madani mengacu kepada suatu integrasi umat atau masyarakat ( Surah Ali-Imran : 103, al-baqarah 104 dan 110 ) yang mengandung tiga hal yaitu agama sebagai sumbernya, peradaban sebagai prosesnya, dan masyarakat kota atau perkumpulan sebagai hasilnya.

Negara Kesejahteraan dan neo Konservatif Anti – statisme
Konsep Negara kesejahteraan (welfare State) merujuk pemikiran bahwa antara kehidupan politik dan ekonomi tidak dapat di pisahkan secara sendiri-sendiri, karena itu untuk mencapai kesejahteraan social yang sekaligus berarti kestabilan politik, maka diperlukan keterlibatan Negara untuk mengatur kegiatan dalam kedua bidang tersebut berdasarkan prinsip perlindungan terhadap kelas dan kelompok sosial yang lemah secara ekonomi. Jadi, Negara dapat mengintervensi kehidupan politik atas nama kepentingan umum-suatu pemikiran yang antara lain melahirkan bentuk korporatisme Negara.

Penguatan Masyarakat Madani Di Indonesia
Dari sisi historis, gagasan masyarakat madani lahir sejak awal kemerdekaan negeri ini. Lahirnya gerakan – gerakan perlawanan sosial terhadap struktur otoritarian kolonialisme, merupakan bukti bahwa masyarakat madani bukan barang baru dalam sejarah Indonesia.

Perlawanan terhadap kuatnya dominasi negara kemudian terulang pada tahun 1998 dimana masyarakat menumbangkan rezim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun dibawah kepemimpinan Soeharto. Proses keruntuhan rezim orde baru banyak diwarnai oleh kehadiran kelompok – kelompok masyarakat madani yang melakukan perlawanan dan tekanan terhadap negara. Gerakan mahasiswa pada waktu itu merupakan representasi kebangkitan masyarakat madani yang eksplosif, aktor terdepan yang berperan sebagai ujung tombak perubahan sejarah tersebut.

Dibawah kekuasaan rezim orde baru, potensi kekuatan masyarakat madani berhasil dilemahkan melalu berbagai bentuk represi, teror dan kooptasi. Dalam berbagai sektor kehidupan politik, partisipasi masyarakat untuk ikut menentukan kebijakan negara yang menyangkut nasib mereka amat dibatasi. Dalam konteks demokrasi, kekuatan politik masyarakat madani hanya menjadi alat pengabsahan kekuatan rezim yang dalam berbagai pemilu telah direkayasa pemenangnya.

Sepanjang rezim orde baru berkuasa, program pembangunan menempatkan pembangunan ekonomi sebagai prioritas utama, sementara stabilitas politik dan keamanan dijadikan sebagai syarat penunjang. Salah satu tujuan penting orde baru adalah menciptakan masyarakat yang merasa aman dan mengejar kemajuan pembangunan dalam iklim stabilitas.

Pandangan pembangunan yang mementingkan stabilitas tersebut melahirkan pembangunan format politik orde baru yang diarahkan pada pembentukan model negara yang kuat (strong state). Kekuatan – kekuatan masyarakat madani dikooptasi melalui perwakilan kepentingan secara sistematis melalui wadah – wadah seperti PWI, SPSI KNPI dan sebagainya. Dengan kooptasi ini, pemerintah orde baru memiliki kekuasaan yang besar untuk mengendalikan kelompok masyarakat. Wadah – wadah sosial dan politik yang lahir berdasarkan inisiatif masyarakat dan berusaha memperjuangkan otonomi dalam aktivitas mereka dibatasi ruang geraknya bahkan dihambat pertumbuhannya.

Adi Suryadi Culla menilai bahwa rezim orde baru telah mengkhianati nilai – nilai demokrasi dengan melakukan empat hal. Pertama, seluruh organisasi sosial dan politik dikontrol secara ketat melalui sejumlah regulasi sehingga membuat mereka tidak mungkin menjadi ancaman berbahaya bagi negara. Kedua, dalam upaya memobilisasi konflik – konflik politik dan ideologi, negara menjadikan ideologi pancasila sebagai basis diskursus politik untuk mendapatkan konsensus melalui hegemoni ideologi. Ketiga, negara memantapkan peran militer dengan fungsinya sebagai penyangga utama kekuasaan negara bekerjasama dengan teknokrat dan birokrat sipil. Keempat, dominasi lembaga kepresidenan yang berada ditangan Soeharto.

Secara universal, nilai – nilai masyarakat madani merupakan sebuah aspirasi kebebasan yang bergejolak didalm diri seluruh ummat manusia. Tidak akan ada yang dapat membendung jika kesadaran itu telah menuju titik akumulatif. Berbagai tekanan yang bertemu dengan kesadaran politik pada akhirnya akan mendorong lahirnya gelombang tuntutan perubahan.

Pertemuan antara tekanan politik dan kesadaran politik telah menjadi harapan bagi Indonesia untuk mewujudkan masyarakat madani yang diharapkan menjadi jalan terwujudnya kesejahteraan Indonesia.

Masyarakat Madani dan Cita – cita Kesejahteraan
Setelah jalan mewujudkan masyarakat madani terbuka, tugas berikutnya yaitu mengoptimalkan masyarakat madani tersebut untuk mencapai kesejahteraan sebagaimana amanat konstitusi Indonesia.

Ryaas Rasyid mengemukakan bahwa untuk membangun pemerintahan yang demokratis atau mengakhiri dominasi sistem otoriter perlu terlebih dahulu dibangun masyarakat madani. Asumsi ini berpijak pada keyakinan bahwa hanya dengan melalui penciptaan masyarakat madani maka peluang bagi munculnya otoritarianisme dapat dicegah dan kemungkinan meledaknya revolusi sosial dapat dicegah.

Soeseno mengemukakan bahwa terwujudnya masyarakat madani sebagian berjalan dengan sendirinya, tetapi sebagian juga tergantung pada keputusan – keputusan politik ditingkat struktural. Karena itu perlu penciptaan kondisi yang kondusif meliputi pertama, deregulasi ekonomi yang mengarah pada penghapusan hal – hal seperti kartel, monopoli, dominasi dan sistem koneksi atas prestasi ekonomi. Kedua, keterbukaan politik. Ketiga, perwujudan negara hukum secara efektif termasuk jaminan hak – hak asasi manusia didalamnya.

Pengaruh negara yang begitu kuat terhadap masyarakat selama puluhan tahun telah melemahkan kekuatan masyarakat madani yang ditandai dengan ketergantungan masyarakat terhadap negara.

Dalam konteks upaya membangun masyarakat mandiri, gagasan masyarakat madani menurut A. S Hikam tidak dapat dipisahkan dengan demokratisasi sebab salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah berkembangnya partisipasi masyarakat sebagai karakteristik masyarakat madani. Karenanya terbentuknya ruang – ruang publik sebagai sangat diperlukan untuk mengimbangi kekuatan negara.

Berbagai ruang publik yang tumbuh subur pasca tumbangnya kekuasaan rezim orde baru melalu momentum reformasi 98, harus menjadi titik balik untuk menciptakan keseimbangan antara domain negara dan domain lainnya dimana masyarakat madani menjadi balancing force maupun moral force ditengah – tengahnya sehingga terjadi hubungan yang sinergis dalam sebuah usaha bersama untuk kehidupan yang lebih baik.

Upaya untuk mengoptimalkan masyarakat madani menjadi sebuah kebutuhan mengingat pilihan yang telah kita ambil untuk keluar dari tekanan rezim orde baru adalah agar kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan lebih sejahtera. ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi. Pertama, perubahan politik secara struktural. Berbagai hambatan yang mengebiri demokrasi harus dihapus. Berbagai bentuk penataan politik yang dilakukan melalui perubahan dan penyusunan perundang – undangan baru harus diarahkan untuk menjamin terbentuknya pemerintahan yang transparan dan menjamin berkembangnya masyarakat yang demokratis dan mandiri.

Kedua, perubahan politik secara kultural. Ketertekanan yang dirasakan oleh masyarakat selama puluhan tahun, telah mengkondisikan masyarakat menjadi sangat tergantung kepada negara. Namun pendidikan yang telah berkembang luas turut mengembangkan masyarakat yang kian rasional. Peran negara yang kondusif juga berpengaruh positif terhadap peningkatan kesadaran politik rakyat dalam mengartikulasikan hak – hak politik dan kemandirian sebagai warga negara.

Ketiga, masyarakat madani memerlukan modal ekonomi mandiri yang memungkinkan mereka memiliki bargainning potition dan pengaruh politik yang kuat dalam interaksi dengan negara, atau kesulitan dalam menunjukkan eksistensinya. Dalam hal ini, pemberdayaan ekonomi merupakan syarat yang harus dipenuhi agar tebangun masyarakat madani yang kuat.

Keempat, perlunya kesadaran politik untuk menjaga kohesi sosial dan integrasi politik dikalangan elemen – elemen masyarakat madani. Setelah keruntuhan sistem totaliter, terdapat ancaman kehancuran sendi – sendi nasionalisme: persatuan, toleransi dan saling menghargai antar kelompok yang berbeda.

Upaya tersebut dapat dimulai dengan melakukan pelibatan partisipasi masyarakat secara luas dalam pembangunan. Paradigma yang perlu kita bangun dalam mengoptimalkan masyarakat madani tersebut yaitu:
1. Masyarakat memiliki daya dan upaya untuk membangun kehidupannya sendiri
2. Masyarakat memiliki pengetahuan dan kearifan tersendiri dalam menjalani kehidupannya secara alami
3. Upaya pembangunan masyarakat akan efektif apabila melibatkan secara aktif seluruh komponen masyarakat sebagai pelaku sekaligus penikmat pembangunan
4. Masyarakat memiliki kemampuan membagi diri sedemikian rupa dalam peran – peran pembangunan mereka.


Dalam prakteknya, optimalisasi masyarakat madani dapat dilakukan dengan jalan sebagai berikut:
1. Menggunakan pendekatan partisipatif
Masyarakat harus ditempatkan sebagai subjek utama pembangunan. Partisipasi dari masyarakat akan menumbuhkan rasa saling memiliki dan menjaga setiap upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Partisipasi memungkinkan terciptanya program tepat guna dan tepat sasaran sehingga upaya peningkatan kesejahteraan dapat lebih efektif dan efisien.
2. Pendampingan yang intensif dan berkelanjutan
Masyarakat yang telah terlibat secara aktif dalam program peningkatan kesejahteraan, harus mendapatkan pendampingan secara intensif dan berkelanjutan agar tercipta pendidikan yang dialogis antara masyarakat dengan fasilitator (pendamping).
3. Mengembangkan media komunikasi yang murah, mudah dan bisa dimanfaatkan
Media komunikasi yang murah dan mudah, memungkinkan masyarakat dapat membagi dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan lebih cepat. Setiap orang memiliki akses untuk mencari dan memberi solusi bagi setiap masalah yang dihadapi oleh masyarakat lainnya.
4. Mengutamakan potensi masyarakat setempat.
Kemandirian masyarakat yang dicita – citakan oleh masyarakat madani, nilai – nilainya sesungguhnya telah tertanam dalam masyarakat. Pembangunan harus berangkat dari apa yang ada dan dimiliki oleh masyarakat. Masyarakat harus dikenalkan dengan potensi sumber daya yang mereka miliki dan mengetahui cara untuk mengoptimalkan sumber daya tersebut sehingga mereka pula yang akan menikmati hasil kerja mereka. Dengan demikian kesejahteraan dapat tercipta ditengah – tengah mereka terlebih dahulu dan bukan tercipta ditempat lain.


Penutup
Kesimpulan
1. Istilah masyarakat madani merupakan terjemahan lain dari civil society. Padanan kata yang lain yaitu masyarakat warga, masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, masyarakat beradab atau masyarakat berbudaya.
2. Masyarakat madani kerap diposisikan secara kontradiktif dengan negara. Terdapat tiga perspektif dalam memandang posisi masyarakat dengan negara. Pertama, posisi negara mengungguli masyarakat madani. Kedua, melihat adanya otonomi masyarakat madani yang dapat diperjuangkan untuk mengimbangi kekuasaan negara. Ketiga, melihat hubungan fungsional antara negara dan masyarakat madani.
3. Gagasan masyarakat madani secara historis telah muncul ketika zaman kemerdekaan. Gagasan ini kembali hangat menjelang reformasi 98 dan tumbuh subur dalam prakteknya setelah kekuasaan rezim orde baru runtuh.
4. Otoritarianisme yang terbentuk selama rezim orde baru berkuasa dengan paradigma pembangunanya, telah melemahkan kekuatan masyarakat madani, menguatkan peran negara dan menghasilkan ketergantungan masyarakat terhadap negara.
5. Momentum reformasi telah membuka ruang partisipasi publik yang lebih luas bagi masyarakat untuk mengembangkan dirinya guna mencapai kesejahteraan. Proses penguatan masyarakat madani terus berlangsung di Indonesia namun perlu terus dioptimalkan sehingga Indonesia tidak lagi set back dan kesejahteraan dapat terwujud
6. Dalam mewujudkan kesejahteraan, masyarakat harus ditempatkan sebagai subjek pembangunan yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan dan mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki.



DAFTAR PUSTAKA

Culla, Adi Suryadi, "Masyarakat Madani; pemikiran, teori dan relevansinya dengan cita – cita reformasi", Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002

Gellner. Ernest, “Condition of Liberty, Civil Society and Its Rivals ( Terjemahan : Membangun Masyarakat Sipil, Prasyarat Menuju Kebebasan )” , Bandung : Mizan, 1995.

Rasyid. Ryaas, “Perkembangan Pemikiran Tentang Masyarakat Kewargaan ( Tinjauan Teoritik)” , dalam Jurnal Ilmu Politik, Jakarta : AIPI dan Gramedia Pustaka Utama, 1997.


Rahardjo. Dawam, “Agama dan Masyarakat Madani ” , Jakarta : LSAF kerjasama Kompas dan paramadina, 1996.

Wicaksono, Achmad Wazir, "Pengalaman Belajar", Bogor: Yayasan Puter, 2001

*)Tugas Kuliah neh.. ampe cenut2.

Menata Ulang Pemuda Indonesia

Oleh: Zuliyanto, SE *)


Indonesia telah melewati separuh perjalananya sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Secara biologis, usianya akan menginjak 63 tahun pada 17 Agustus tahun ini. Namun kita perlu mengingat apa yang pernah disampaikan oleh Bung Hatta, bahwa bangsa Indonesia memang telah berhasil mencapai cita – cita revolusinya tetapi Indonesia belum mencapai cita – cita sosialnya.

Kemiskinan, kelaparan, kebodohan dan permasalahan sosial lainya masih menjadi potret buram kondisi Indonesia. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah bak fatamorgana ditengah padang pasir ketika berhadapan dengan kondisi Indonesia hari ini. Indonesia, yang oleh Multatuli di ibaratkan sebagai jamrud khatulistiwa tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi jutaan penduduknya. Indonesia, negeri yang dikenal dengan kekayaan baharinya dan ketangguhan nelayanya tidak mampu mensejahterakan para nelayanya. Indonesia, yang tanahnya oleh Koes Plus dipuji sedemikian rupa hingga tongkat, kayu dan batu jadi tanaman tidak mampu mensejahterakan petaninya. Indonesia hari ini, adalah amanah yang harus kita pertanggung jawabkan pada generasi yang akan datang.

Kita tentu merindukaan kejayaan Indonesia yang saudagarnya melanglang buana hingga ke jazirah arab dan nelayanya mengarungi samudera sedemikian jauhnya. Merindukan nama Indonesia yang pernah dikenang sebagai negara yang tangguh, yang memimpin bangsa Asia dan Afrika menggapai kedaulatanya. Merindukan kejayaan dengan berjuta sumberdaya alam dan sumber daya manusianya.

Kejayaan sebuah negara, tidak ditentukan oleh seberapa lama negara tersebut telah berdiri. Mesir yang telah berdiri sejak zaman fir’aun berkuasa, kondisinya tidak lebih baik dari Singapura yang baru berdiri. Kejayaan sebuah negara, juga tidak ditentukan dari seberapa banyak kekayaan alamnya. Kondisi Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah, tidak lebih baik dari Jepang. Lalu mungkinkah Indonesia mencapai kembali kejayaanya? Tentu bisa. Bagaimana caranya? Dengan Menata Ulang Pemuda Indonesia

Mengapa Pemuda?


”Berikan padaku sepuluh pemuda, dan akan ku guncang dunia” (Soekarno). Pendar optimisme Soekarno dalam pernyataan diatas masih terngiang dalam benak kita. Menekankan betapa figur pemuda merupakan pilar bagi sebuah bangsa dalam pandangan seorang pemimpin. Ia adalah sekelompok manusia yang menjadi cerminan eksistensi sebuah bangsa. Bukan cuma Soekarno yang menaruh perhatian pada pemuda, setiap pemimpin sejati pasti memberikan perhatian besar pada para pemudanya.

Pemuda adalah titik tolak. Ia sangat menentukan jauh dekatnya sebuah kemajuan. Apakah kemajuan dalam skala indivisu maupun dalam skala bangsa. Dalam diri pemuda berhimpun seluruh momentum kejayaan. Momentum kejayaan fisik, kejayaan intelektual dan momentum kejayaan idealisme. Dan momentum dalam banyak kejadian tidak pernah berulang untuk kedua kalinya.

Masa lalu adalah momentum terjauh dalam kehidupan kita karena ia tidak pernah kembali. Masa depan adalah momentum terjauh dalam kehidupan kita karena kita tidak pernah tahu apakah ia akan kita lewati. Masa kini itulah sebenar – benarnya momentum. Pemuda terbaik adalah mereka yang mampu memanfaatkan momentum masa kini. Mereka yang mampu mengolah momentum kejayaanya menjadi ledakan – ledakan prestasi.

Tahun 2004 Indonesia memiliki 37 % pemuda yang didalam dirinya berhimpun momentum kejayaan. Bahkan sejak tahun 2000 prosentase itu tidak pernah bergeser yang menandakan sepertiga penduduk Indonesia dipenuhi dengan momentum – moentum kejayaan.
Lalu mengapa Indonesia justeru menjadi negara miskin dan terkorup justeru ditengah – tengah momentum – momentum kejayaan yang luar biasa. Mengapa momentum – momenntum itu tidak pernah menjadi ledakan – ledakan prestasi yang membuat bangsa Indonesia tercapai cita – cita kemerdekaanya yang sejati sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Paradoks momentum kejayaan ini semakin memprihatinkan saat kita memiliki realita bahwa negeri kita adalah zamrud khatulistiwa dengan kekayaan laut dan daratan yang melimpah.

Menyalakan lilin tentu jauh lebih bermakna daripada mencela kegelapan. Merekayasa momentum – momentum kejayaan yang terpendam dalam diri pemuda menjadi ledakan – ledakan prestasi tentu jauh lebih bermakna daripada kita terus mengeluh dan malu terlahir sebagai bangsa Indonesia.

Nelson Mandela, seorang pejuang Afrika, mengatakan tidak ada sesuatu yang hebat selain ketika Anda berhasil mengubah suatu tempat yang sulit berubah, dan menemukan jalan perubahan seperti yang Anda inginkan. Jadi, kita yang hidup dalam zaman ini, dipanggil oleh sejarah untuk melakukan perubahan yang berarti bagi negeri. Mengeluarkan seluruh potensi yang dimiliki untuk bersemi menjadi prestasi.

Pemuda dan Potensi Kejayaan Indonesia
Seorang pemuda, dalam dirinya berhimpunan isyarat kejayaan sebagai sebuah bangsa. Ada tiga isyarat kejayaan yang dimiliki oleh seorang pemuda yang menjadi sumber daya utama potensi kejayaan sebuah bangsa:
1. Isyarat Pergerakan (Mobilitas)
Pemuda, adalah generasi dengan ciri pergerakanya yang sangat dinamis. Jasadnya yang dalam keadaan puncak, memungkinkan dirinya untuk memiliki vitalitas pergerakan yang prima. Secara umum, pemuda adalah generasi yang paling siap untuk menghadapi dinamika perubahan yang bergerak sangat cepat dan persaingan yang semakin kompetitif.
Begitupun dengan sebuah negara. Negara yang berjaya adalah negara yang mampu mengelola dan menghadapi perubahan. Negara tersebut tidak menutup dirinya dari perubahan. Begitulah Jepang ketika restorasi Meiji digulirkan mengalami dinamika yang luar biasa. Atau saat tembok berlin runtuh, kita menyaksikan kehidupan Jerman Timur mulai berdenyut.

2. Isyarat Inovasi (Daya Inovasi)
Pemuda, adalah generasi dengan akal yang masih cemerlang. Kemampuan akalnya mampu mencipta berbagai hal yang dulu hampir tidak mungkin dijalankan atau diciptakan. Dengan rasa ingin tahunya yang besar terhadap segala sesuatu, pemuda terus menggerakan okalnya untuk menemukan hal – hal baru, menghadapi tantangan kehidupan dan menyelesaikanya.

3. Isyarat Mental (Ketangguhan Mental)
Pemuda, adalah sosok yang memiliki semangat yang membara bahkan dijuluki matahari yang sedang meninggi. Pemuda tidak pernah menyerah terhadap hambatan dan kegagalan. Dia juga tidak mudah tunduk pada perintah yang tidak sesuai dengan gairahnya.
Negara tangguh adalah negara yang memiliki ketahanan nasional yang kuat. Negara yang tidak mudah menyerah oleh berbagai krisis, juga tidak tunduk pada kekuasaan manapun yang merugikan bangsanya.


Dengan tiga isyarat kejayaan itulah, maka untuk bangkit dari segala permasalahan yang dihadapinya, agenda mendesak bangsa ini yang tidak kalah pentingnya adalah menata ulang para pemudanya. Hal ini mendesak karena para pemudalah pewaris sah negeri ini dimasa yang akan datang.

Para orang tua hari ini, harus memposisikan diri menjadi pengawal bagi para pemuda sehingga mereka mampu mengelola negeri ini. Negara harus mampu memadukan kebijksanaan para orang tua dengan semangat kaum muda. Tidak boleh ada yang memisahkan generasi tua dengan generasi muda karena keduanya adalah tali sejarah yang harus bersambung. Kebijakan yang benar maupun salah yang dilakukan oleh generasi terdahulu harus ditempatkan pada posisinya masing – masing.

Problematika Organisasi Kepemudaan

Di Indonesia beridiri banyak organisasi kepemudaan (OKP) yang secara umum ditujukan sebagai wadah bagi para pemuda untuk meggali, membina dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Beragam OKP tersebut bergerak sesuai dengan visi, misi dan tujuan didirikannya. Ada yang bergerak dalam ranah – ranah politik, ekonomi, pengembangan teknologi, pendidikan dan sebagainya.

Sejak reformasi 1998, berbagai OKP terus bermunculan meskipun kemunculanya dengan beragam motif. Namun apapun motifnya, kemunculan OKP tersebut seharusnya berbanding lurus dengan penyelesaian berbagai masalah yang terjadi ditengah – tengah masyarakat. Bukan justeru sebaliknya, OKP tersebut disibukkan dengan permasalahan – permasalahan internal apalagi sampai terlibat bentrokan fisik sesama angotanya dan berujung pada perpecahan organisasi.

Ada beberapa permasalahan yang kerap dialami organisasi kepemudaan yang membuat organisasi tersebut tidak mampu berbuat banyak untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan ditengah – tengah masyarakat.
1. Inkonsistensi perjuangan
Masalah pertama ini kerap muncul saat organisasi sudah mulai membesar. Idealisme yang dulu menjadi fondasi gerakan mulai bergeser dan tergantikan dengan kepentingan sesaat. Kebaikan yang dulu menjadi ruh pergerakan dan menjadi penarik simpati massa mulai melemah dan akhirnya menjauhkan organisasi tersebut dari massa.
Terlalu banyak contoh organisasi yang kemudian hancur dalam sekejap bukan karena serangan atau tekanan dari luar tetapi karena kebusukan orang – orang didalamnya. Pada dasarnya setiap manusia menyenangi kebaikan karena itu merupakan fitrah yang dibawanya sehingga perlahan namun pasti organisasi yang berisi dengan keburukan akan hancur.
2. Kelemahan struktural
Perubahan – perubahan besar telah terjadi dalam kehidupan kita. Dunia kini menjadi kampung kecil setelah teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat.
Perubahan tersebut berdampak pada kebutuhan struktur organisasi yang dapat dengan cepat merespon perubahan. Organisasi – organisasi yang memiliki rantai pengambilan keputusan terlalu panjang akan menyulitkan organisasi tersebut untuk bergerak lebih efektif.
Organisasi kepemudaan yang masih menggunakan hierarki organisasi terlalu panjang tentu saja akan mengalami kesulitan terlebih yang telah berskala nasional karena di Indonesia sendiri telah menjalankan otonomi daerah dimana terjadi desentralisasi berbagai kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
3. Hambatan finansial
Masalah berikutnya yang sering menjadi permasalahan dalam organisasi yaitu masalah keuangan. Masalah ini bahkan cenderung menjadi permasalahan klasik yang seolah – olah pasti ada dalam sebuah organisasi.
4. Kemandegan regenerasi
Kemandegan regenerasi merupakan lampu merah bagi sebuah organisasi. Jika regenarasi sudah mandeg, maka organisasi tersebut tinggal menunggu waktu untuk hancur.

Membangun OKP dan Membangun Indonesia

Manusia adalah faktor terpenting dalam organisasi apapun entah itu negara, lembaga sosial bahkan perusahaan sekalipun. Karenanya untuk membangun kejayaan Indonesia sekaligus menyelesaikan permasalahan organisasi, pertama kali yang harus dibangun adalah manusianya. Dan dari sekian manusia yang harus dibangunkan pertama kali adalah pemudanya oleh karena potensi yang dimilikinya. Dan dari sekian potensi (isyarat kejayaan) yang dimiliki oleh pemuda maka yang harus pertama dan utama dibangun adalah mentalnya.

Ketangguhan mental para pemuda sesungguhnya telah termaktub dalam lagu kebangsaan yang senantiasa dikumandangkan dalam berbagai upacara kenegaraan. Bangunlah jiwanya menjadi syarat bagi terbangunya pergerakan (raga).

Membangun jiwa pemuda Indonesia itulah yang harus menjadi perhatian bagi OKP. Menjadi program prioritas sebelum program – program lainya. Anhar Gonggong (Sejarawan UI) menyimpulkan bahwa kemerdekaan yang kita nikmati saat ini adalah bukan karena lahirnya kalangan terdidik akibat kebijakan politik etis tetapi karena telah lahir kalangan terdidik dan tercerahkan.

Karena inti utama organisasi adalah manusia maka untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh organisasi yaitu dimulai dengan mencerahkan para aktivis didalamnya. Disinilah kemudian sistem pengkaderan harus dibuat seoptimal mungkin sehingga seluruh potensi yang dimiliki oleh anggotanya dapat berkembang secara seimbang. Ketidakseimbangan pengkaderan dalam salah satu potensi akan membawa organisasi kedalam jurang kehancuran.

Organisasi yang terlalu bertumpu pada pergerakan berpotensi melahirkan kelelahan dan inkonsistensi pergerakan jika tidak diringi dengan pengkaderan yang maksimal dalam inovasi dan mental. Begitu juga jika organisasi bertumpu pada inovasi dan mental tetapi tidak pernah bergerak maka organisasi itu akan kehilangan daya tariknya.
Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, OKP menghadapi tantangan dalam mempersiapkan regenerasi kepengurusan. OKP selama ini diasumsikan tidak bisa menawarkan keuntungan finansial bagi para penggiatnya. Disinilah letak dilematisnya karena begitu OKP menawarkan keuntungan finansial, konflik mulai bermunculan. Namun jika tidak ada solusi terahdap permasalahan finansial, maka organisasi ini bukan saja tidak mampu menggerakkan roda organisasinya tetapi juga kehilangan daya tariknya.

Sekali lagi, keseimbangan dalam pengkaderan memegang peranan penting. Tranformasi ideologi yang menguatkan mental para aktivis harus terus berjalan seiring organisasi tersebut menghadapi berbagai permasalahan sehingga ketika organisasi mengalami kesulitan keuangan, para anggotanya siap berkorban dan ketika organisasi menawarkan keuntungan secara finansial tidak ada yang merasa menjadi korban.
Untuk itulah setiap organisasi membutuhkan sistem keuangan yang rapih, transparan dan sehat. Setiap organisasi harus memiliki manajemen keuangan yang baik sehingga tidak adalagi istilah “Ketua adalah ujung tombak dan ujung tombok”.

Selanjutnya untuk memastikan regenerasi dan eksistensi organisasi, organisasi harus melakukan penelitian yang berkesinambungan baik secara internal maupun secara eksternal. penelitian secara internal memungkinkan organisasi mampu memetakan keadaan dirinya yang menjadi alat peringatan dini jika terjadi hal –hal yang membahayakan organisasi seperti motivasi yang rendah, ketidakpercayaan kepada pemimpin dan lain sebagainya. Penelitian eksternal dibutuhkan untuk menjembatani antara visi organisai dengan kebutuhan masyarakat. Penelitian ini akan menciptakan titik yang paling efektif untuk mengkompromikan antara idealitas dengan realitas. Penelitian terkadang tidak mampu dilakukan oleh organisasi padahal ini adalah hal yang penting untuk mendeteksi kondisi. Bahkan dibutuhkan untuk berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat. Penelitian tidak selalu harus melalui serangkaian metodologi penelitian yang rumit meskipun seharusnya dengan kapasitas SDM yang dimilikinya, penelitian yang rumit pun tetap bisa dilakukan.

Jadi, untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Indonesia dapat dimulai dengan menata ulang pemuda Indonesia. Untuk menata tersebut, pemuda perlu bergabung dalam berbagai organisasi kepemudaan yang memungkinkan potensi yang dimilikinya tergali dan bersinergi dengan potensi pemuda lainnya.

Organisasi kepemudaan yang baik, akan mampu berkontribusi lebih banyak dalam penyelesaian permasalahan bangsa. Untuk itulah, persyaratan organisasi yang baik harus dipenuhi yaitu: Tersedianya sistem pengkaderan yang menyeimbangkan potensi akal (Daya Inovasi), mental (Ketangguhan Mental) dan jasad (Mobilitas), Sistem keuangan yang transparan dan sehat, Penelitian yang berkesinambungan, Struktur yang responsif.

Demikian beberapa catatan yang dapat diberikan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Semoga hari esok adalah hari dimana Indonesia menjelma menjadi negara yang aman, adil dan sejahtera sebagaimana cita – cita sosialnya.

Mengapa Kita Harus Bersatu

Mengapa kita harus terintegrasi dalam negara Kesatuan Republik Indonesia? Pertanyaan ini sangat menarik juga menggelitik. Bukan hanya karena pertanyaan ini muncul setelah kita memproklamasikan diri sebagai sebuah negara bernama Republik Indonesia yang telah melewati 63 tahun kemerdekaanya. Namun juga karena pada kenyataanya setelah 63 tahun merdeka, cita – cita nasional kita sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 tidak jua tercapai. Sederhananya, jika kita tidak mampu mencapai cita – cita kita dengan sebuah kendaraan bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia, lalu untuk apalagi kita bersama dalam kendaraan besar ini?


Mitos Persatuan

Konon katanya, sebagai sebuah bangsa dan sebuah negara kita telah diikat dalam sebuah tali persatuan yang terbuat dari perasaan senasib dan seperjuangan. Kita telah tertulis dalam sebuah sejarah sebagai masyarakat yang sama – sama mengalami penderitaan akibat penjajahan yang dilakukan oleh Belanda selama kurang lebih tiga setengah abad lamanya ditambah penjajahan yang dilakukan oleh Jepang selama tiga setengah tahun.


Perasaan menderita akibat penjajahan ini kemudian melahirkan sebuah energi besar untuk sama – sama berjuang melepaskan diri dari situasi penjajahan. Terangkailah kemudian usaha – usaha perjuangan bersama ini lewat peristiwa sumpah pemuda yang menasbihkan diri kita sebagai sebuah masyarakat yang tergabung dalam satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa persatuan yaitu Indonesia. Lalu kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 kita memproklamirkan kemerdekaan kita.


Agresi militer Belanda 1 dan agresi militer Belanda 2, justeru semakin mengentalkan semangat persatuan diantara Bangsa Indonesia. Dan tercatatlah kita dalam sejarah sebagai bangsa yang mampu bertahan ditengah berbagai situasi nasional seperti PKI, Reformasi dan Krisis ekonomi juga peristiwa lainya disaat negara besar bernama Uni Soviet dan Yugoslavia pecah berkeping – keping menjadi negara yang lebih kecil. Lalu benarkah jika selama ini kita terikat dan terintegrasi dalam NKRI karena perasaan senasib dan sepenanggungan?


Reformasi dan generasi Baru Indonesia

Reformasi mungkin menjadi titik tolak yang sangat penting untuk melihat kondisi Indonesia hari ini. Reformasi yang ditandai dengan runtuhnya rezim pemerintahan orde baru yang sentralistik membawa Indonesia dalam situasi tanpa skenario. Perasaan terkungkung dalam pemerintahan yang sentralistik menghasilkan keinginan kuat untuk terjadinya desentralisasi pemerintahan lewat format otonomi daerah. Pancasila yang selama ini – suka tidak suka, menjadi perekat telah mengalami desakralisasi. Kekuatan eksekutif yang selama ini cenderung lebih kuat dari parlemen, mengalami pelunturan – pelunturan sehingga meskipun negeri ini berbentuk presidensial namun faktanya justeru beraroma parlementer.


Angin kebebasan yang dihembuskan dari momentum reformasi juga menghasilkan masyarakat yang bisa bertindak atas nama reformasi. Negara disatu sisi menjadi begitu sangat lemah sementara rakyat merasa sangat kuat. Kemudian kita menemukan masyarakat menjadi sangat individualistis dan mudah berkonflik. Liat saja bagaimana mengerikanya tawuran antar suporter sepakbola, demonstran dengan polisi atau tawuran antar mahasiswa yang terkadang disebabkan oleh permasalahan yang sepele namun tidak bagi pihak – pihak yang berkonflik. Lalu dimanakah ikatan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa kita?


Mencari Dasar Integrasi

Jika selama ini kita dibentuk dan diikat dalam satu nasib dan musuh bersama, masih manjurkah ramuan itu sekarang? Jika memang kita satu nasib, mengapa yang kaya begitu mencolok mata sementara yang miskin semakin kasat mata. Jika memang kita memerlukan musuh bersama, siapakah musuh bersama itu?


Satu nasib dan musuh bersama menurut saya masih relevan mengingat saat ini kita sama – sama berada hidup dinegeri yang kaya namun negaranya miskin. Jadi pertanyaan hari ini sebenarnya bukan mengapa kita bersama tapi dengan apa kita bisa bersama? Siapakah yang berhak mengkondisikan dan membawa rakyat dalam perasaan satu nasib dan satu musuh? Yang memastikan rakyat tahu bahwa musuh kita hari ini adalah kemiskinan dan kebodohan. Jawabanya adalah pemimpin yang kuat dan hukum yang tegak. Pemimpin yang kuat dan hukum yang tegak akan menghasilkan negara yang kuat. Tanpa adanya pemimpin dan hukum yang kuat sepertinya kita akan terus berlama – lama dalam ikatan yang rapuh. Karenanya integrasi nasional Indonesia dalam era globalisasi menurut saya sangat diperlukan karena jika kita mengalami disintegrasi kita membutuhkan energi yang cukup besar untuk bertahan dalam percaturan dunia disaat negara – negara lain justeru telah memulai pembangunan. Kita membutuhkan stabilitas untuk membangun.

Selasa, 09 Desember 2008

Keagungan Cinta

Pentas itu dibuka kembali. Sebuah panggung di pentas peradaban. Ceritanya selalu terasa baru ditelinga setiap zaman. Kisah sejati tentang keagungan cinta dan kisah agung tentang kesejatian cinta. Mengharu biru disetiap dada yang merindukan nilai - nilai luhur nan mulia.

Bermula dari hati bersih yang mencari kebenaran hakiki mengenai Tuhan. Ibrahim berdialog panjang dengan dirinya. Ia tatap bintang. Ia mantap katakan bintang bukan Tuhan yang dicarinya. Ia tatap Bulan. Ia mantap katakan bulan bukan Tuhanya. Ia pun mengintip matahari. Dan ia pun mantap bahwa matahari bukan Tuhanya. Lalu siapakah Tuhanya. Sebab ia yakin kaumnya telah keliru menyembah. Kekeliuran yang juga mendera ayahnya yang seorang pematung berhala. Dan dengan mantap Ibrahim pun menyeru kepada kaumnya :
Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakanya. Dan aku termasuk orang - orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu" (Al Anbiya ayat 56)

Menjadi marahlah orang - orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Orang - orang yang mengingkari kebenaran yang telah meliputi hati Ibrahim as.
"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang - orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh kami telah memilihnya didunia dan akhirat. Sesungguhnya dia diakhirat benar - benar termasuk orang - orang yang shaleh" (Al Baqarah ayat 130)

Orang - orang bodoh itu mengira kayu - kayu yang ditumpuk dan dibakar itu mampu melelehkan keimanan yang sudah sedemikian menghujam menyatu dalam diri Nabi Ibrahim. Mereka meremehkan orang yang sudah dipilih oleh Allah menjadi kekasihnya. Maka tak tersentuh sedikitpun kulit Ibrahim sebab api tunduk patuh pada Allah rabbul 'alamiin
"Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim" (Al Anbiya ayat 69)

Pesona cinta nabi Ibrahim pada Allah, tak sekedar menerbitkan rasa berani yang membuatnya mampu berujar tenang melawan penguasa dzalim sekaliber Raja Namrud. Tapi ia pun menjelajah dalam relung - relung cintanya yang paling murni hingga melahirkan ketaatan yang luar biasa pada Rabbnya. Lihatlah bagaimana kemudian sejarah mengabadikan kisah ini. Ketika ia merelakan menempatkan istri yang dicintainya dan buah hati yang selama ini dinantinya disebuah padang gersang yang tandus tanpa teman atas perintah Tuhan. Ohhh.. Ibrahim mempercayakan semuanya pada Tuhannya.

Satu - satu embun cinta Ibrahim menetes diatas muka bumi. Mendamaikan bumi yang tandus oleh penghambaan kepada patung - patung yang tidak memberi manfaat sedikitpun. Dan satu embun siap menetes kala putranya Ismail telah tumbuh menjadi seorang anak yang tampan. Rabbnya memerintahkan Ibrahim untuk menyembelihnya. Lalu hadirlah dialog yang sangat indah antara seorang bapak dan anaknya. Dialog yang mungkin jarang terjadi dalam kehidupan modern karena sang bapak sudah sedemikian sibuknya sementara sang anak memiliki bapak elektronik yang lebih bisa menemani bernama playstation atau televisi.
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama - sama ibrahim. Ibrahim berkata: "Hai anakku. Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu" ia menjawab: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, InsyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang - orang yang sabar" (Ash Shaaffaat ayat 102)

Begitulah Ibrahim meneteskan embun - embun cintanya hingga meresap kepada zaman kita. Sebuah cinta yang tak tergores sedikitpun percik - percik kesyirikan.

Allah pun mengabadikan pijar cintanya Ibrahim dalam Al Quran
"Ketika Tuhanya berfirman kepadanya:'Tunduk patuhlah!'. Ibrahim menjawab:'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam' " (Al Baqarah ayat 131)

Dan kisah ini kan terus abadi sepanjang manusia melestarikan syariat berkurban disetiap musim haji. Dan disetiap kisah ini dibacakan, kita akan selalu menemukan sebuah kisah yang membuat dada kita terharu dan mata kita tak berhenti tuk berempati. Kisah disaat cinta atas iman menang atas setiap syahwat. Dimana cinta telah menetes dalam bentuknya yang paling murni. Yaitu cinta diatas cinta. Cinta pada Allah SWt diatas kecintaan kepada harta, tahta dan manusia. Cinta yang dibangun diatas pondasi karena Allah dan bukan diatas pondasi yang rapuh bernama harta, tahta maupun manusia.....

Allahu akbar... Allahu Akbar.... Allahu akbar
Laaa ilaa hailallah huwallahu akbar..............
Allahu akbar walillah ilhamd..........................



 

blogger templates | Make Money Online