Doa Sang Ayah
Tuhanku...
Bentuklah putraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya.
Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan
Bentuklah putraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita- citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja
Seorang putra yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan
Tuhanku...
Aku mohon, janganlah pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan,
kesulitan dan tantangan
Biarkan putraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi,
sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain
Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka
Putra yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah namun tak pernah melupakan masa lampau
Dan, setelah semua menjadi miliknya...
Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh - sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya
Tuhanku...
Berilah ia kerendahan hati...
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"
Sumber: Do’a sang jenderal; Andrie Wongso
Naskah aslinya:
A Father's Prayer
Build me a son, O Lord,
who will be strong enough to know when he is weak,
and brave enough to face himself when he is afraid;
one who will be proud and unbending in honest defeat,
and humble and gentle in victory.
Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort,
but under the stress and spur of difficulties and challenge.
Here let him learn to stand up in the storm;
here let him learn compassion for those who fail.
Build me a son whose heart will be clear,
whose goal will be high,
a son who will master himself before he seeks to master other men,
one who will reach into the future,
yet never forget the past.
And, after all these things are his,
give him, I pray, enough of a sense of humor,
so that he may always be serious,
yet never take himself too seriously.
Give him humility,
so that he may always remember the simplicity of true greatness,
the open mind of true strength.
Then I, his father, will dare to whisper,
‘I have not lived in vain.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar