Selasa, 09 Desember 2008

Keagungan Cinta

Pentas itu dibuka kembali. Sebuah panggung di pentas peradaban. Ceritanya selalu terasa baru ditelinga setiap zaman. Kisah sejati tentang keagungan cinta dan kisah agung tentang kesejatian cinta. Mengharu biru disetiap dada yang merindukan nilai - nilai luhur nan mulia.

Bermula dari hati bersih yang mencari kebenaran hakiki mengenai Tuhan. Ibrahim berdialog panjang dengan dirinya. Ia tatap bintang. Ia mantap katakan bintang bukan Tuhan yang dicarinya. Ia tatap Bulan. Ia mantap katakan bulan bukan Tuhanya. Ia pun mengintip matahari. Dan ia pun mantap bahwa matahari bukan Tuhanya. Lalu siapakah Tuhanya. Sebab ia yakin kaumnya telah keliru menyembah. Kekeliuran yang juga mendera ayahnya yang seorang pematung berhala. Dan dengan mantap Ibrahim pun menyeru kepada kaumnya :
Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakanya. Dan aku termasuk orang - orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu" (Al Anbiya ayat 56)

Menjadi marahlah orang - orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Orang - orang yang mengingkari kebenaran yang telah meliputi hati Ibrahim as.
"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang - orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh kami telah memilihnya didunia dan akhirat. Sesungguhnya dia diakhirat benar - benar termasuk orang - orang yang shaleh" (Al Baqarah ayat 130)

Orang - orang bodoh itu mengira kayu - kayu yang ditumpuk dan dibakar itu mampu melelehkan keimanan yang sudah sedemikian menghujam menyatu dalam diri Nabi Ibrahim. Mereka meremehkan orang yang sudah dipilih oleh Allah menjadi kekasihnya. Maka tak tersentuh sedikitpun kulit Ibrahim sebab api tunduk patuh pada Allah rabbul 'alamiin
"Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim" (Al Anbiya ayat 69)

Pesona cinta nabi Ibrahim pada Allah, tak sekedar menerbitkan rasa berani yang membuatnya mampu berujar tenang melawan penguasa dzalim sekaliber Raja Namrud. Tapi ia pun menjelajah dalam relung - relung cintanya yang paling murni hingga melahirkan ketaatan yang luar biasa pada Rabbnya. Lihatlah bagaimana kemudian sejarah mengabadikan kisah ini. Ketika ia merelakan menempatkan istri yang dicintainya dan buah hati yang selama ini dinantinya disebuah padang gersang yang tandus tanpa teman atas perintah Tuhan. Ohhh.. Ibrahim mempercayakan semuanya pada Tuhannya.

Satu - satu embun cinta Ibrahim menetes diatas muka bumi. Mendamaikan bumi yang tandus oleh penghambaan kepada patung - patung yang tidak memberi manfaat sedikitpun. Dan satu embun siap menetes kala putranya Ismail telah tumbuh menjadi seorang anak yang tampan. Rabbnya memerintahkan Ibrahim untuk menyembelihnya. Lalu hadirlah dialog yang sangat indah antara seorang bapak dan anaknya. Dialog yang mungkin jarang terjadi dalam kehidupan modern karena sang bapak sudah sedemikian sibuknya sementara sang anak memiliki bapak elektronik yang lebih bisa menemani bernama playstation atau televisi.
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama - sama ibrahim. Ibrahim berkata: "Hai anakku. Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu" ia menjawab: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, InsyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang - orang yang sabar" (Ash Shaaffaat ayat 102)

Begitulah Ibrahim meneteskan embun - embun cintanya hingga meresap kepada zaman kita. Sebuah cinta yang tak tergores sedikitpun percik - percik kesyirikan.

Allah pun mengabadikan pijar cintanya Ibrahim dalam Al Quran
"Ketika Tuhanya berfirman kepadanya:'Tunduk patuhlah!'. Ibrahim menjawab:'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam' " (Al Baqarah ayat 131)

Dan kisah ini kan terus abadi sepanjang manusia melestarikan syariat berkurban disetiap musim haji. Dan disetiap kisah ini dibacakan, kita akan selalu menemukan sebuah kisah yang membuat dada kita terharu dan mata kita tak berhenti tuk berempati. Kisah disaat cinta atas iman menang atas setiap syahwat. Dimana cinta telah menetes dalam bentuknya yang paling murni. Yaitu cinta diatas cinta. Cinta pada Allah SWt diatas kecintaan kepada harta, tahta dan manusia. Cinta yang dibangun diatas pondasi karena Allah dan bukan diatas pondasi yang rapuh bernama harta, tahta maupun manusia.....

Allahu akbar... Allahu Akbar.... Allahu akbar
Laaa ilaa hailallah huwallahu akbar..............
Allahu akbar walillah ilhamd..........................



1 komentar:

Anonim mengatakan...

ehm ehm.........

 

blogger templates | Make Money Online