Minggu, 16 Maret 2008

Ayat - ayat Cinta

Indonesia ramai membicarakan film yang diangkat dari novel Ayat - ayat Cinta karya aktivis dakwah Ustadz Habiburrahman El Shirazy. Meskipun dikalangan aktivis dakwah tarbiyah, Gelombang Cinta "Ayat - ayat Cinta" sudah melanda beberapa tahun yang lalu, namun kehadiran film Ayat - ayat cinta kembali menghangatkan pembicaraan tentang kehebatan jalan cerita novel yang telah dicetak berkali - kali ini.
Banyak sudut pandang dalam menikmati novel ini dan juga dalam sisi mengaguminya. Ada yang melihat dari sosok Fachri yang digambarkan begitu menawan sebagai seorang pemuda brilian asal Indonesia yang sedang menempuh studi di Al Azhar. Sosok ideal ini kemudian juga berakhir bahagia dengan takdirnya mendapatkan seorang ukhti sholehah nan cantik jelita plus kaya raya bernama Aisha. Belum lagi kisah jatuh cintanya para wanita terhadap "Fachri", sehingga lengkaplah ia menjelma menjadi bayangan "Yusuf" abad ini. walaupun sekedar bayangan, namun "Fachri" tetaplah mempesona.
Tokoh menarik lainnya tentu saja ada "Aisha" yang juga digambarkan begitu istimewa. Ketika membaca novelnya pertamakali (Sebelum difilm kan), fantasi saya terhadap sosok ini jauh lebih indah ketimbang penjelmaanya dalam film. Keanggunanya, kesholehanya, kehormatan dirinya dan segenap pesona lainya, menghimpunya menjadi bayangan "Laila", "Aisyah", "Khadijah" atau siapapun namanya yang pernah hadir menjadi sebaik - baik perhiasan dunia.
Para ikhwan (mungkin) menempatkan dirinya sebagai tokoh "Fachri" dan para akhwat (mungkin) menempatkan dirinya sebagai sosok "Aisha" ketika membaca novel ini. Ikhwan tentu sulit menolak kalau dapat jodoh seorang ukhti macam "Aisha" (Setidaknya jika itu saya)
dan akhwat tentu sulit menolak seorang ikhwan macam "Fachri" menjadi pendamping hidupnya.
Saya berkesempatan mendampingi kang abik (Panggilan akrab Ust. Habiburrahman) ketika beliau berkunjung ke Malang untuk membedah buku "Ketika Cinta Bertasbih". Saya memanfaatkan momentum membersamai kang abik untuk belajar dan bertanya banyak hal juga untuk meminta pertimbangan apakah saya harus memilih mengikuti tes kerja atau tes seleksi beasiswa S2 di UI. Momentum itu saya gunakan baik ketika berada diatas sepeda motor, saat mengunjungi ustadz Jalal, saat makan diwarung Cak Pi'i maupun ketika berada di hotel.
Soal novelnya, ketika ditanya kenapa menghadirkan sosok yang sempurna dalam novelnya, karena katanya contoh yang buruk itu sudah sedemikian banyaknya. Beliau juga menambahkan bahwa negeri ini membutuhkan novel yang menghibur karena negeri ini telah ditimpa banyak sekali kesedihan. Karenanya novel ini berakhir bahagia. Kemudian, nilai yang ingin disampaikan oleh kang abik yaitu pemuda indonesia harus menjadi pemuda yang idealis dan prestatif. Seperti sosok Fachri yang berprestasi dalam bidang akademik maupun tokoh dalam novel ketika cinta bertasbih yang berprestasi sebagai juragan bakso (wirausahwan sukses).
Jadi, ketika membaca novel ini atau ketika menyaksikan filmnya mari kita berdoa agar kita mampu menemukan dan mencetak prestasi kita diberbagai bidang. Agar negeri ini tidak lagi bersedih dan bermuram durja. jangan mengerdilkan diri hanya sekedar menimati cerita cintanya.
Dan pesan ini sesungguhnya telah juga disampaikan lewat kang abik sendiri yang pintar dan berprestasi. Beliau telah memberi teladan tidak hanya lewat novelnya tetapi juga lewat dirinya sejauh yang saya kenal.
Saat ini saya sedang menempuh kuliah di Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia sebagaimana yang disarankan oleh kang Abik, Ustadz Jalal dan Ustadz Uril. Semoga semakin mudah jalan saya untuk mencipta prestasi yang lebih besar lagi sebagaimana pesan yang disiratkan oleh kang abik. Tentunya juga seraya berdoa agar saya juga dapat meminang seorang bidadari, sebaik - baik perhiasan dunia yang menyejukkan mata dan mata hati.

1 komentar:

smadake mengatakan...

Antum mau jadi fahri itu ?!

 

blogger templates | Make Money Online