Minggu, 30 Maret 2008

Keponakan Pertamaku

Namanya Muhammad Raihan Fadillah. Umurnya sekarang empat tahun. Kalo akhir pekan anak pintar ini berkunjung kerumah. Bapaknya seorang anggota tentara. Sementara ibunya bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Umum Daerah. Dulu ketika saya masih kuliah di Malang, hanya sesekali saja bisa bermain dengan keponakan pertama saya ini.
Sekarang, saat saya menempuh kuliah pascasarjana di Universitas Indonesia, kesempatan bertemu dan bermain semakin rutin karena setiap akhir pekan saya pun mudik. Jakarta - Serang hanya memakan waktu dua jam. Waktu tempuh yang sangat singkat untuk sebuah kebahagiaan.
Raihan sekarang berumur empat tahun. badanya sudah besar. Mungkin karena turunan bapaknya yang seorang tentara dan atlet judo. Saya bahkan lumayan mengkerut kalo udah kena pukulan tangan mungilnya atau sedikit encok kalo udah minta gendong dalam waktu yang lama.
Dan hari ini, saat badan saya sangat letih dan kesempatan dirumah hanya satu hari, saya harus melayani dia untuk bermain. Akhir pekan lalu saya tidak bisa pulang karena harus mengisi pelatihan KAMMI di Lampung. Pasca dari Lampung, badan sudah siap - siap berdemonstrasi. Paginya masuk kerja cuma sampe ba'da dhuhur dan setelah itu ada agenda tak terduga yaitu mimpin rapat panitia Milad KAMMI ke X sampai malam. Setelah itu sepekan aktivitas berjalan tidak normal karena badan sudah tidak bisa dikompromikan. UTS pun menanti dengan berbagai bentuk. Ada yang harus ujian tulis tapi kebanyakan adalah mengumpulkan tugas membuat tulisan. Lengkap sudah perjuangan ini, karena Milad pun berada pada pekan yang sama dengan keruwetan ini.
Dan setelah semuanya berhasil dilewati, bayangan untuk istirahat total dirumah menjadi gagal total. Apalagi kalau bukan karena Raihan sayang yang terus - terusan minta main. Jadilah akhir pekan ini dihabiskan dengan main robot - robotan, mobil - mobilan sampai main "bertarung" macam power rangers, naruto hingga transformers. Semuanya saya lalui dengan mata nyaris terpejam dan badan yang makin minta tidur.
Sempurnanya lagi rumah pun sepi. Ayahnya Raihan harus ke markas. Ibunya berangkat kerja ke Rumah Sakit. Mbah putrinya lagi nungguin adiknya Raihan yang baru berumur dua bulan. Dan RAihan cuma mau main sama ami nya. Bukan prestasi yang patut dibanggakan.
Inilah pelajaran yang luar biasa. Apa iya begini rasanya jadi seorang bapak? wah, capek banget dong. Dan tepat jam 3 malam nanti, saya harus memenuhi kesepakatan pengajian rutin pekanan. Semoga aja badan mau berdamai dengan jadwal rutin ini.

NB.
Kalo orang tua mu masih hidup, buruan deh kasih pelayanan terbaik karena mereka sudah sangat bersusah payah membesarkan kamu. Lebih dari satu hari guys. Saya saja yang sehari nemenin satu anak kecil dah kerasa banget capeknya. apalagi bertahun - tahun dan banyak anak nya. Kalo dah nyakitin orang tua, buruan deh minta maap. asli, kamu bakal nyesel banget kalo mereka udah tiada en kamu masih punya banyak doa serta maap yang belum terucap.

"Allahummagfirlii wali waalidayya, war hamhuma kamaa rabbayaanii soghiro. Rabbana aatina fiddunia hasanah, wafil aakhiroti hasanah, wa kina adzabannar"


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Asyiknya punya ponakan..

manusia...sungguh naif sekali
sering lalai dengan keterbatasan diri
namun Allah selalu punya cara yang indah untuk menyampaikan pesan kepada hambaNya
Dia menghembuskan rasa dengan lembut sekali.
Iya, begitu besar jasa orang tua kita. tanpanya mungkin kita tak kan seperti ini.
setelah ana menjadi guru, ana semakin tahu
betapa mendidik anak menjadi kader2 robbani bukanlah hal yang mudah...
semua penuh liku,
mungkin karena ketulusan do'a orang tua kita, kita bisa merasakan kesolehan seperti ini. walau terkadang mereka tak memahami kita, namun semakin kita dewasa kita semakin tahu, betapa segala keringat dan kepayahan mereka selama ini tak kan sanggup terbayarkan.
semoga kita semua bukan anak yang durhaka, tapi sebaliknya, permata hati para oranng tua kita. Aamin.
zakiya

 

blogger templates | Make Money Online