Selasa, 24 Juni 2008

Dari Rumah Rakyat

Asap hitam sudah berkibar tanpa tiang didepan rumah rakyat. Menyergap langit serentak bersama dengan asap - asap dari knalpot kendaraan motor yang berjalan tersendat. Sekelompok mahasiswa sedang melakukan aksi demonstrasi. Dari berita ditelevisi, saya mengetahui mereka telah beraksi dari semalam.
Sejak saya rutin mengunjungi rumah ini, entah sudah yang keberapa saya melihat rakyat hanya mampu sampai diluar pagar rumahnya sendiri. Tertahan oleh pagar besi yang menjulang dan tampak kokoh. Kehadiran "pagar ayu" berseragam semakin memperkokoh besi - besi tersebut sehingga rumah ini menjadi sulit untuk dinamakan rumah rakyat.
Namun disinilah berbagai kebijakan soal rakyat ditetapkan secara resmi. Pembahasan dan pengambilan keputusanya terkadang dilakukan diluar rumah ini. Karena itulah rumah ini dijaga dan dirawat dengan intens.
Air mancur dan matahari melukis pelangi diatas kolam yang pernah dipenuhi oleh para mahasiswa ketika reformasi 98. Jika diluar pagar sedang terjadi demonstrasi, Saya kerap berjalan melewatinya dengan menghirup udara dalam - dalam. Mengenang aksi - aksi demonstrasi yang juga saya lakukan. Seperti juga pagi ini saat para mahasiswa itu meminta hak mereka untuk diperhatikan oleh para wakil rakyat.
Pagi ini selain mereka, akan tiba massa aksi yang jumlahnya cukup besar. Rencananya mereka akan menyuarakan kembali aksi penolakan kenaikan harga BBM. Sejak saya melewati gerbang masuk, aroma "siaga" telah tercium. Polisi dengan "Seragam Penangkal Aksinya" telah bersiap menyambut tamu yang datang. Motor - motor telah berbaris anggun. Mobil water canon tampak gagah dengan moncongnya persis mengarah jalan gatot subroto.
Dan saya melangkah melewati air mancur. Menghirup udara dalam - dalam sambil memandangi pelangi yang telah bergeser dari tengah kolam.
Masuk kedalam rumah rakyat yang satu ini, hawa sejuk dari AC menjadi kenikmatan tersendiri. Banyak orang berpakaian adat hari ini. Rupanya selain agenda hak angket/interpelasi soal BBM yang mengundang massa aksi dan perhatian media, ada juga agenda pemekaran 12 wilayah. Luar biasa. Bola liar otonomi daerah moga tidak memakan korban rakyatnya sendiri.
Hari sudah nampak gelap saat saya keluar dari rumah ini. Saat hendak menuju jalan keluar yang biasa saya lalui, seorang pengaman menyarankan untuk lewat pintu belakang dan itu berarti harus berjalan lebih jauh. Melewati kantor Menpora, Kawasan stadion senayan, naik jembatan penyeberangan yang panjang dan baru kemudian bisa menyetop mobil yang biasa saya tumpangi. Siang tadi saya melihat dari televisi diluar memang telah terjadi keributan. Water canon telah menyalak membubarkan barikade demonstran dan memadamkan api. Batu - batu juga banyak yang berterbangan seperti peluru - peluru yang berlari.
Mobil - mobil dijalanan tidak lagi sekedar berjalan pelan tapi sangat - sangat merayap pelan. Saya terus berjalan sambil menikmati tanaman hias yang dijual dipinggir jalan sekedar mengalihkan pandangan dari jalanan yang macet dan tentunya mengalihkan perasaan dari keinginan untuk menggerutu.
Dari jembatan penyeberangan saya mencoba memandangi para demonstran. Ada yang sedang beristirahat tapi ada juga yang masih beraktivitas. Sampai di Halte, suasana lebih seru. Sekolompok orang membawa pentungan berjalan didepan. Orang - orang dihalte yang berdiri dipinggir jalan mundur selangkah ke belakang. Tak jelas yang diberi jalan adalah pahlawan sehingga mereka memberi hormat dengan memberi jalan atau gerombolan perusuh yang membuat mereka takut dan terpaksa memberi jalan. Nampak didepan lilin besar sudah menyala dari pembatas jalan yang dibakar. Tapi pucuk dicinta, yang datang duluan adalah bus AC. Ini kenikmatan yang besar setelah "penjelajahan" dibawah guyuran matahari sore.
Ibu - ibu didalam bus sedang membicarakan demonstrasi hari ini. Kondektur khawatir mobilnya kena lemparan batu. Di bawah sana anggota brimob sedang berkejaran dengan para demonstran. Saya memejamkan mata melepas lelah.
Dan malam ini berita dihiasi dengan pagar DPR yang roboh, Mobil operasional polisi yang dirusak, mobil plat merah yang dibakar, corat - coret "aspirasi" dibanyak tempat. Rakyat yang dibela pun pro dan kontra sementara para wakil rakyat sepakat hak angket atas kenaikan BBM akan digulirkan. Dan pemerintah bersiap diri. Dan bandul politik terus mengayun kesana kemari...
sebuah SMS masuk dari seorang sahabat yang pernah berjuang bareng semasa dikampus dahulu...
asw.p'tanyaan u.ntm:bagaimana rasanya bekerja d dalam gedung DPR/MPR sementara diluarnya mahasiswa demo mnolak knaikan BBM dan baku hantam dg aparat?(Ptanyaan iseng,djawabnya ktika ntm bkenan sj) jazakallah....
Saya berkata dalam hati saya... "Butuh banyak air bersih yang terus mengalir untuk menggantikan air keruh yang ada didalam sini".
Saya berdo'a air bersih itu adalah antum semua agar orang - orang yang keruh tergantikan dari semua kedudukan dan jabatan.

Antum = Kamu
Jazakallah = Semoga Allah memberi balasan (kebaikan)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum wr.wb, numpang lewat ngasih komentar yaa....
Gmn rasanya pasca lulus, jd mahasiswa? Bisa bolak- balik masuk 'rumah rakyat'? Ane prihatin sama temen2 mhasiswa skrg yang doyannya demo anarkis, bukannya kasih solusia ato menimbulkan simpati, tapi justru mengundang benci dan caci maki dai orang2 yang mereka bela.... Rasanya malu bnget skrg jd mahasiswa, nggak ada lagi sbuah kebanggaan mmperjuangkan mereka2 yg tertindas! Kyaknya, Reformasi '98 cuma jadi kenangan semata, bukan lagi mjd tonggak kbangkitan menuju Indonesia baru!!

 

blogger templates | Make Money Online