Minggu, 20 Juli 2008

Berjalan Ke Timur (1)

Bus belum juga keluar dari mulut tol. Jarum jam sudah menunjukkan jam 13.30. Berarti sudah terlambat 30 menit dari waktu yang telah dijanjikan. Padahal saya sudah terburu - buru keluar rumah dan belum sempat makan siang. Sambil menunggu kedatangan bus yang akan membawa saya menuju Surabaya, lembaran - lembaran pemikiran dari salah seorang ustadz terus saya bolak - balik.
Siang ini adalah hari dimana saya akan memulai perjalanan ke sebuah kota di Jawa Timur. Rencananya saya akan ke Kediri melalui Surabaya. Sebenarnya Saya lebih memilih naik kereta api Gajayana jurusan Jakarta - Malang karena kereta ini singgah di Kediri. Tapi tiket gajayana telah habis terjual untuk jadwal keberangkatan hingga beberapa hari kedepan karena bertepatan dengan liburan sekolah.
Tepat sebelum jam duduk di posisi 14.00, Bus yang akan saya duduki selama kurang lebih 20 jam kedepan telah tiba. Hanya ada beberapa orang saja yang telah berada didalam. Kondektur bus memberitahu bahwa bus akan dioper di Bekasi. Sebuah kebijakan yang harus diambil untuk menyelamatkan keuangan perusahaan. Beberapa penumpang nampak tidak sepakat dengan pemberitahuan ini tapi Saya sendiri sudah biasa karena ini bukan yang pertama. Yang bikin saya tidak sepakat adalah karena bus ini juga harus mampir di Lebak Bulus yang berarti perjalanan akan semakin panjang dan waktu kedatangan akan lebih terlambat dari biasanya. Padahal, tanpa mampir ke Lebak Bulus pun sudah biasa terlambat.
Lebak Bulus nampak ramai. Pemandangan yang hampir sama disemua terminal di Indonesia. Terminai adalah pusat bisnis yang lumayan hidup. Banyak profesi yang melakukan aktivitas bisnisnya ditempat ini seperti calo, copet, pedagang asongan, pengamen, pengemis dan profesi lainya. Mulai dari yang legal sampai ilegal. Mulai yang bersih sampai yang kotor. Terminal kita menurut saya dan cerita dari beberapa teman, belum menjadi tempat yang nyaman dan ramah bagi manusia. apalagi manusia yang sedang kebingungan. Maka tips buat para pengguna terminal adalah jangan memasang tampang bingung diterminal.
Setelah pindah mobil di rest area dipinggiran tol, saya mulai duduk lebih ajeg. Setidaknya saya punya gambaran kapan akan menginjak tanah lagi yaitu di Pamanukan dan di Tuban. Jadi sepanjang belum menginjak tanah, saya akan lebih banyak berpikir, berdzikir dan tidur. Yang terakhir ini biasanya jadi juara dibanding dua aktivitas pertama.
Sesuai perkiraan, bus menyapa terminal purabaya pada pukul 10.00. Saya langsung masuk ke tempat parkir bus - bus yang keluar kota. Inilah enaknya terminal yang lebih dikenal dengan terminal bungurasih. Mobil - mobilnya tertata lebih rapih. Ada tempatnya sendiri - sendiri untuk bus antar propinsi, antar kota dalam propinsi, dalam kota dan taxi. Jadi kita bisa lebih mudah untuk mencari bus yang kita butuhkan. Didalamnya pun calo - calo lebih bersahabat dibanding terminal lainya yang pernah saya singgahi. Bus - bus nya pun tidak parkir (ngetem) terlalu lama karena sudah diatur waktu keberangkatanya masing - masing. Berapapun penumpang didalamnya jika sudah waktunya berangkat, akan berangkat. Menyenangkan bukan? tapi tetap aja, kewaspadaan harus tetp di setel. Kata Bang Napi: waspadalah, waspadalah!
Saya mengirimkan pesan singkat ke seorang sahabat di Kediri. Menanyakan bis yang bisa saya tumpangi menuju Kota Kediri. Saya menunggu Bis Patas yang ber AC biar lebih nyaman. Nyaman yang saya maksud adalah bebas dari asap rokok. Tapi yang banyak berangkat adalah bis - bis ekonomi. Karena waktu sudah mepet, saya pun naik bus ekonomi jurusan Trenggalek. Meskipun tidak lebih nyaman, tapi lebih lumayan ketimbang bus serupa di Jakarta.
Sidorjo, Mojokerto, jombang adalah kota - kota yang saya lewati, yang sempat terekam dalam ingatan. yang membawa saya juga kepada kenangan saat - saat aktif dalam dunia organisasi selama menjadi mahasiswa di Universitas Brawijaya, Malang. Membawa saya kepada teman, sahabat dan saudara yang kini telah banyak kembali kedaerahnya masing - masing. Membawa kesan istimewa dari sebagian diantara mereka yang saya kenang. Saya pun memberi pesan singkat kepada mereka untuk menjaga tali persaudaraan agar tidak terputus. Sejauh apapun jarak memisahkan, maka persaudaraan harus tetap dijaga. Karena terkadang bukan jarak yang memisahkan dan memutuskan persaudaraan.
Alhamdulillah, setelah nyaris 24 Jam berada didalam bus, saya bisa menginjakkan kaki di Kota Kediri. Turun di dekat Pos dan Giro sebagaimana petunjuk sahabat saya. Dan disana juga sudah menanti jemputan sebuah motor berwarna biru tua yang dikendarai oleh Puji. Anak SMA 2 Kediri yang bersemangat sekali menjadi Panitia AKIDA. Sebuah kegiatan training untuk anak - anak takmir masjid sekolah. Acara yang akan saya dampingi selama beberapa hari. Motor itulah yang akan membawa saya ke tempat saya menginap tiga hari kedepan.


Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online