Rabu, 13 Agustus 2008

Berjalan Ke Timur (10)

Kami sudah berkumpul didepan Kampus Poltekes untuk melaksanakan gladi resik. Sore itu juga beberapa anggota Santika juga terlihat hadir ditengah lapangan. Hari terus beranjak senja, tetapi saya, didik dan beberapa panitia masih berada dilapangan. Ada juga Akh Ari yang bekerja sangat keras untuk memastikan segala perlengkapan panggung dan tenda terpasang dengan baik.
Beberapa anggota polisi datang dan meminta para pekerja untuk menghentikan pekerjaanya mendirikan panggung. Saya melihat akh Didik sedang berdebat dengan polisi tersebut. Saya pun menghampiri dan masuk dalam perdebatan yang cukup hangat. Kami berusaha menjelaskan sebisa mungkin dan berusaha mengulur - ulur waktu sambil terus berupaya menghubungi ustadz uril dan pa Azhar. Polisi tersebut tetap ngotot agar kami memindahkan panggung yang sudah berdiri. Menuruti permintaan polisi tersebut jelas suatu hal yang mustahil karena waktu terus bergulir sementara sound belum juga diurus. Kami sholat maghrib bergantian. Ada akh uun dan akh arifin yang juga ikut menjaga. Menjaga agar tidak terjadi hal - hal yang menghambat panggung berdiri. Akhirnya urusan dengan polisi untuk sementara dianggap selesai setelah ada negoisasi.
Rasa lapar yang sejak sore tadi sudah menyapa, belum juga saya perhatikan. Akhirnya saya dan akh yudho yang datang dengan mobil VW pergi membeli makan sambil mengambil singa - singa di DPD yang telah kami beli beberapa hari sebelumnya. Juga mengambil fotocopyan untuk bahan "dzikir" para peserta kampanye.
Malam telah datang membawa kerlip cahaya bintang gemintang. Panggung sudah berdiri. Pekerjaan berikutnya adalah memastikan soundsystem telah terpasang dengan baik. Para teknisi bekerja dengan sangat cekatan. Terlihat sekali bahwa mereka telah berkawan akrab dengan berbagai peralatan soundsystemnya. Selain memastikan soundsystem esok dapat tampil dengan prima, kamipun masih memikirkan background yang belum terpasang, bendera - bendera PKS yang belum berkibar dan segala hal terkait kesuksesan acara esok hari.
Angin berhembus sangat kencang saat kami harus memasang bendera merah putih dan bendera PKS dengan ukuran besar. Akh Beny yang bertubuh besar datang membantu kami semua. tubuhnya yang berat memanjat tiang - tiang panggung. Kami dibawah tertawa melihat tubuh besar itu terus naik ke tiang panggung yang paling atas untuk memasang bendera. Dari atas dia berteriak "Anginne guede...". dan kami justeru makin tertawa lebar melihat Beni deg degan diatas sana. Uun kemudian naik juga ke atas menyusul beni dari tiang satunya. Saat saya naik menggantikan posisi Beni, temen - temen berteriak "Oalah S2 cuma suruh masang - masang bendera". Saya tersenyum simpul. Karena yang mahasiswa S2 bukan cuma saya tapi juga Yudho dan Ari. Strata pendidikan tidak berlakudalam persiapan pilkada ini..
tepat tengah malam, Pa Subhan dan rombongan datang mengunjungi kami. Setelah berbincang - bincang sebentar, rombongan melanjutkan perjalanan kerumah Pa Subhan. Mungkin untuk istirahat tapi lebih mungkin lagi mereka akan berdiskusi dulu soal rencana esok pagi.
Setelah rombongan pergi, tidak lama kemudian saya pulang. Satu mobil dengan Pa Jalal, Pa Ahmadi dan Pa Amri menggunakan mobil VW yang dikendalikan oleh akh Yudho. Didalam mobil itu saya meminta kepada Pa Jalal untuk mengingatkan siapapun bahwa acara esok hari harus berada dalam satu komando. Jangan sampai terlalu banyak yang memberi perintah sehingga membuat segalanya berjalan dengan hati yang kecewa. Permintaan ini sebenarnya adalah hasil tangkapan saya terhadap obrolan beberapa rekan yang mungkin tidak mendapatkan penghargaan semestinya dari yang memberi perintah. Ibaratnya sudah bekerja tidak digaji, tidak dihargai, capek, diomelin pula oleh orang yang lagaknya seperti bos aja. tapi ustadz uril berpesan "kita bekerja untuk Allah". Pesan yang beliau sampaikan waktu saya menyampaikan unek - unek saya terkait kelakuan salah seorang bapak - bapak yang menyinggung perasaan saya dan beberapa ikhwah lainnya.
Sampai di DPD, teman - teman mahasiswa masih sibuk menghias andong yang akan digunakan oleh Pasangan Sinar, Presiden PKS, Ibu Diana Hidayat Nur Wahid dan para petinggi partai lainnya. Entah mereka mengerjakan itu sampai berapa. Semoga setiap letihnya mekar menjadi kenikmatan disurga nanti.
Hari yang ditunggu tiba juga. Para panitia sudah berkumpul tepat pada waktunya. Setelah sedikit melakukan koordinasi, para panitia itu pun langsung menuju pos nya masing - masing. Ada banyak kejadian selama acara berlangsung. mulai dari keributan kecil antara seorang anggota kepanduan dengan peserta kampanye yang susah diatur, hingga acara yang sebelum dimulainya acara pembukaan masih juga berubah.
Saat acara terus berlangsung, ada satu yang janggal. yaitu ketiadaan para wartawan. Hanya ada beberapa saja yang kami lihat meliput kampanye ini. Padahal ini adalah kampanye terakhir dan dikuti oleh massa yang paling besar diantara kampanye pasangan lainnya. Beberapa diantara kami langsung mencium gelagat yang tidak mengenakkan.
Acara berjalan dengan sukses. Ada berbagai kisah dibelakangnya yang belum dapat ditulis. tentang keletihan, pengorbana, keributan - keributan kecil dan kisah lainya yang tidak mungkin dilepaskan dari kesuksesan acara ini.
Saya, Yudho dan Rizal beranjak menuju DPD. Tapi sebelumnya kami harus mengangkat dus - dus air minum yang tersisa. Lumayan banyak sementara tangan dan mata saya sudah sangat lelah. tapi Rizal masih bekerja dengan penuh enerjik. Bahkan sepanjang saya ikut persiapan pilkada ini, Rizal yang menjadi "marbot" resmi DPD bekerja dengan performance yang memuaskan.
Sampai di DPD kami juga tidak bisa langsung istirahat karena disana sudah terlebih dahulu menanti dus - dus air minum yang lebih banyak lagi. menunggu untuk dimasukkan kedalam gudang. Dan kami pun harus menunda waktu istirahat. Para mahasiswa kembali menjadi andalan untuk menyelesaikan tugas - tugas ini. saya tau mereka pun pasti mengalami keletihan. tapi inilah tarbiyah yang sangat bagus buat perkembangan mereka kedepan. Dan mereka pun dengan cekatan memasukkan semua dus - dus air minum itu hingga tersusun rapih di DPD.
Partai ini beruntung punya orang - orang seperti Beny, Rizal, Hasan, Didik, Ari, Yudho dan para mahasiswa yang bekerja dengan penuh semangat. Sesekali ada perasaan manusiawi yang menyemburat. tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang telah mereka kerjakan selama ini. Sepantasnya para petinggi partai ini memberikan apresiasi yang cukup kepada mereka. Paling tidak menjauhkan mereka dari Mr. VIP yang sering berkelakuan layaknya majikan.
Setelah sholat ashar, bahkan mereka pun tidak bisa langsung istirahat. mereka meluncur lagi ke tempat acara untuk membersihkan sampah - sampah yang berserakan disekitar lokasi. Mungkin disaat sebagian yang lain sedang makan enak atau telah beristirahat. saya sendiri tidak ikut bersih - bersih karena badan sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Saya dengar Pa Ahmadi yang mantan ketua DPD dan anggota legislatif ikut membantu membersihkan sampah - sampah tersebut. Sebuah pilihan tindakan yang menyejukkan bagi siapapun yang mendengarnya.

Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online