Kamis, 07 Agustus 2008

Berjalan Ke Timur (7)

Rumah itu masih tampak seperti dulu. Hanya etalase yang saya rasa belum ada ketika pertama kali menginjakkan kaki ke rumah ini. Rumah ini adalah tempat dimana saya bertemu dengan sepasang suami istri yang sangat simpati dengan PKS. Dulu mereka sama - sama berjuang ditanah orang sebagai tenaga kerja diMalaysia dan berkenalan dengan PKS disana. Saya, Neni, Tsaqib dan Nining mendapat tugas untuk menyisir daerah Purwodadi dalam program Kuliah Kerja Dakwah (KKD) yang salah satu tugasnya adalah menelusuri orang - orang yang telah bersentuhan dengan PKS, selain juga tentunya menyentuh orang - orang baru.
Sepasang suami istri yang telah menjadi seperti keluarga saya ini bernama Muslim dan Rodiyah. Mereka punya anak bernama Putri yang selalu malu jika saya dan rekan - rekan silaturrahim kerumahnya. Waktu itu Putri masih berusia sekitar tiga tahun. Dan kini saat saya kembali menginjakkan kaki kerumah ini, Putri telah sekolah didekat rumahnya. Dan Keluarga ini juga telah mendapat tambahan anggota keluarga baru. Seorang bayi yang cantik jelita. Namanya Hanifah Althafunnisa. Sayangnya saya tidak dapat bertemu dengan pa Muslim karena dia sedang bekerja di Sukabumi.
Saya bahagia bertemu dengan bayi ini. Terlebih saat bundanya bilang "Nak, ini loh om Izul. Yang ngasih nama buat anak". Duh, saya benar - benar berbahagia. Meski malu juga waktu mbak Rodiyah nanya kapan saya menikah?
Hanifah Althafunnisa adalah gabungan nama yang saya berikan ketika Pa Muslim meminta saya memberikan usulan nama untuk putrinya. Althafunnisa sendiri adalah nama salah satu tokoh dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman el Shirazy. Sebenarnya saya mengusulkan nama "Khansa Althafunnisa". Tapi biarlah. Mungkin nama itu kelak akan saya pakai sendiri sebagai nama anak saya.
Setelah cukup bersilaturrahim, saya pun melanjutkan misi silaturrahimnya ke rumah Pa Rudi. Ketua DPRa Purwodadi yang sehari - hari berprofesi sebagai satpam di sebuah sekolah dasar. Saya menyusuri jalanan Gang Sumpil. Berusaha mengingat - ingat mulut gang sempit menuju rumah pa rudi. Dan alhamdulillah ketemu juga meski sempat terlewat.
Saya tidak melihat motor merah keluaran Honda jaman dulu yang biasanya dipakai oleh pa Rudi. Yang ada adalah motor hitam baru. Rupanya Pa Rudi sudah berganti tumpangan. Setelah mengetuk beberapa kali, pintu dibuka oleh seorang anak kecil. Tidak lama pa Rudi muncul. Dan suasana pun semakin bertambah akrab setelah bertukar cerita. Tentang anaknya yang baru masuk SMK, tentang tugasnya sebagai ketua DPRa, tentang istrinya, tentang perjuangan memenangkan pilkada dan lain - lain. Cerita - cerita pa Rudi menambah kebahagiaan yang telah saya dapat sebelumnya dari pertemuan dengan keluarga Pa Muslim. Pa Rudi pun dengan bangganya mengenalkan anaknya yang sudah bersemangat ikut kegiatan - kegiatan PKS meski baru akan menginjak kelas satu SMK.
Dan matahari terus merayap menuju barat. Saya harus berpamitan untuk melanjutkan silaturrahim kerumah - rumah yang lain. Sebelum pulang, pa Rudi mengabarkan kalau pa Afif sedang ada dirumah. Pa Afif adalah orang paling tua yang aktif mensosialisasikan PKS waktu 2004 dahulu. Ketika saya meninggalkan Malang, saya mendapat khabar kalau pa Afif kembali bekerja sebagai sopir di Madinah. Dan saat saya sedang menyusuri kembali kenangan - kenangan perjuangan pada Pemilu 2004, Pa Afif juga sedang berada dirumah.
Sebelum kerumah Pa Afif, saya kerumah mbak Novi. Dia adalah muslimah keturunan arab yang sangat dekat dengan neni Chandra. Akhwat yang menjadi partner saya dalam mengelola dakwah di Purwodadi. Dan dulu rumah Novi adalah rumah yang paling sering dijadikan tempat koordinasi dan mengadakan berbagai kegiatan partai lainnya. bahkan didepan rumahnya kini sudah terpampang papan nama DPRa Purwodadi. Salah satu ciri khas rumah Novi adalah banyak kucing yang dipelihara. Kalo nggak salah waktu saya terakhir kali kerumahnya ada empat belas kucing yang dipelihara oleh Novi. Novi juga kini telah membuka usaha menjahit pakaian dan memproduksi kue - kue kering. Ah... Sayangnya Novi sedang tidak ada dirumah. Jadi saya pun melanjutkan silaturrahim kerumah pa Afif.
Saya mengucapkan salam dipintu rumah pa Afif. istrinya mempersilahkan kami masuk dan membangunkan pa Afif yang sedang tidur. Pa Afif sepertinya sudah lupa dengan nama saya. baru ketika saya memperkenalkan diri lagi, beliau langsung ingat dengan semua kegiatan yang pernah kami lakukan di Purwodadi. Beliau pun bercerita banyak tentang pengalamanya selama di Madinah. Sepiring kurma kering dan biskuit dari madinah terhidang dihadapan saya. Dan perut ini pun harus diatur sedemikian rupa untuk menampung hidangan dari tuan rumah setelah sebelumnya kemasukan hidangan dari rumah pa Muslim dan pa Rudi.
Seiring langit yang mulai memerah, saya pun berpamitan dengan pa Afif. Tidak lupa saya meminta agar saat di Madinah, Pa Afif mendoakan saya terutama ketika sholat di Masjid Nabawi. Semoga saja pa Afif tidak lupa...
Alhamdulillah... denyut nadi dakwah terus berlanjut di Purwodadi. Dan semoga terus meluas hingga cita - cita kami memenangkan partai dakwah didaerah Purwodadi bisa tercapai. Karena cita - cita ini kelak akan bersambung dengan cita - cita partai kami untuk menjadikan Indonesia sebagai negeri yang penuh barokah bisa tercapai.
"rabb sesungguhnya engkau mengetahui hati - hati ini telah berhimpun untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. maka kuatkanlah selalu atas nama Engkau yang maha pengasih dan maha penyayang. Dan kumpulkan lah kami disurga yang indah damai bersama para rasul dan sahabat serta orang - orang shalih yang terdahulu dan yang kemudian. Aamin"

Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online