Senin, 11 Agustus 2008

Berjalan Ke Timur (9)

Hari - hari kian membawa para pejuang dakwah di Kota Malang menuju kampanye terakhir. Acara kampanye terus berubah tanpa ada yang tahu jadwal acara yang pasti. Bahkan saya yang bertanggungjawab terhadap jalanya acara juga tidak bisa memastikanya.

Sambil terus bersiaga menghadapi ketidakpastian, kami bertiga terus melangkah. Membentuk panitia dadakan dari para aktivis dakwah kampus. Menggunakan segala yang tersedia guna menghadirkan nuansa kampanye puncak yang full power. Saya menghubungi ukhti Satya untuk membelikan dua buah boneka singa. Agar tercipta kesan arema - nya. Dua singa rupanya belum cukup. Saya dan Yudho akhirnya bergerak menuju sebuah toko untuk membeli pernik - pernik arema yang lain berupa topi dan slayer.

Saya dan akh Didik juga bergerak mencari grup marching band. Alhamdulillah berkat bantuan mbak el, kami berhasil mendapatkan grup marching band yang sesuai dengan anggaran. Bahkan jauh lebih murah. Bersama mbak el juga, saya dan akh didik menghubungi tim hadrah. Kehadiran keluarga pa naryo yang tidak lain merupakan bapak kos saya ketika menjadi mahasiswa, meringankan berbagai tugas. Bahkan bu naryo lah yang menyiapkan konsumsi untuk tim marching band dan pengisi acara lainya.

Saya ingin bercerita sedikit tentang keluarga Pa Naryo. Perkenalan saya dengan keluarga ini dimulai ketika saya dan teman - teman dari fakultas ekonomi merencanakan untuk membuat markas baru untuk para aktivis dakwah kampus fakultas ekonomi Unibraw. Sebelumnya kami sudah memiliki Jagung 1 dan Al Quds (Markas Suara Persaudaraan) sebagai base camp. Tapi seiring dengan perkembangan dakwah di FE yang terus membesar, kami pun akhirnya sepakat membuat basecamp baru. penghuni pertama kontrakan ini yaitu Mas Bimo (Sesepuh), Mas Afrizal (menteri BEM), Akh Dona Indra (Ketua UAKI), Akh Bayu Surya (Penerima beasiswa GE), Akh Echwan (Jagoan Bahasa Inggris), Akh Amir (Ketua Himpunan D3 Pajak), Akh Nanang (Pentolan CIES) dan Akh Eko (Aktivis Himpunan Pajak) dan Dedi (Abangnya Dona Indra) dan saya sendiri yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Komsat UB dan Menteri EM UB. Lalu ada juga Akh Prianda, Indra, Sudwito, Tsaqib dan lain - lain. Dan kemudian jumlah nya terus bertambah dan bergantian diisi oleh para aktivis dakwah FE turun temurun hingga saat ini.

Kami menamakan rumah ini dengan salah satu nama dalam al quran yaitu Ath Thariq yang artinya adalah bintang gemintang. mungkin karena seluruh penghuni rumah ini di harapkan senantiasa menjadi bintang dikampus.

Banyak suka duka yang kami rasakan saat menjadi sebuah keluarga yang menghuni sebuah rumah bernama Ath Thariq. Tidak selalu harmonis dan rukun - rukun saja. Satu dua kerikil terkadang menjadi pewarna interaksi diantara kami semua. Diantara kami ada yang sudah lama berada dalam jalan dakwah ini, ada juga yang sedang berproses memahami dakwah ini. Ada yang sudah masuk kedalam jama'ah ini ada juga yang masih berdiri dihalamanya. Kami pun tidak selalu dalam irama yang sama saat menjadikan rumah ini sebagai bagian dari milik dakwah. Ada ruang privacy diantara kami yang belum terbuka. Tapi semua suka dan duka itulah yang membuat kami akan selalu mengenang saat - saat bersama dalam Ath thariq.

Kami menempati rumah Pa Naryo yang sudah mendirikan rumah baru tepat disamping rumah yang kami tempati. Jadi kami seperti sudah menjadi anak bagi Pa Naryo dan Bu Naryo. Pa naryo dan putri kembar mereka sebelumnya adalah simpatisan salah satu partai yang berbasis Muhammadiyah. Bahkan Putri kembar mereka merupakan pentolan barisan mudanya dan sempat menjadi caleg sebelum akhirnya mengundurkan diri. Seiring waktu akhirnya mereka memilih PKS sebagai partai tempat mereka berjuang. Jauh sebelum Pa Naryo dan Sikembar mendukung PKS, Bu naryo sebenarnya telah lebih dahulu menjadi pendukung PKS.

Dakwah telah menyatukan kami semua. tidak peduli darimana kami berasal. Tidak peduli tinggi rendahnya status sosial atau ekonomi kami. Tidak peduli bagaimana rupa kami. Tidak peduli bagaimana warna kulit kami. Kami telah berhimpun dan bersaudara. Berjuang disebuah rel yang sama. Berkorban dengan apapun yang bisa kami korbankan. Dan karena itulah saya sebagai bagian dari keluarga Ath Thariq juga memiliki kedekatan dengan keluarga Pa Naryo.

Sejak pagi kami sudah disibukkan dengan berbagai persiapan untuk kampanye esok hari. Saya dan akh Didik telah meluncur menuju sekolah yang telah merelakan tim marching bandnya kami pakai untuk mengiringi kedatangan pasangan SINAR ketempat acara. Sekalian melihat latihan mereka. Namun rupanya latihan telah selesai. Dan kami pun meluncur ke tempat acara. Melihat lokasi kampanye yang berada didepan Poltekes Malang. Menimang berbagai kemungkinan. Membangun harapan dan memanjatkan do'a. Mungkinkah esok tempat ini bisa kami putihkan dengan kehadiran para pendukung SINAR?


Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online