Minggu, 17 Agustus 2008

Merah Putih Setengah Terbakar

16 Agustus 2008, jam 10 malam
Saya girang sekali. Merah Putih berkibar. Jagoan bulutangkis Indonesia berhasil memenangkan pertarungan melawan jagoan tuan rumah dalam laga final cabang bulutangkis ganda putra. Emas pertama berhasil diraih oleh Indonesia dalam perhelatan Olimpiade yang digelar di China. Markis Kido dan Hendra Setiawan telah memberikan kado istimewa bagi Republik Indonesia yang esok usianya genap berusia 63 tahun. Sebelumnya dua lifter Indonesia menghadiahkan masing - masing satu perunggu dan Maria Kristin dengan perjuanganya menghasilkan satu perunggu untuk Indonesia.

17 Agustus 2008, jam 10 pagi
Ustadz Hidayat Nur Wahid yang menjadi Ketua MPR RI membacakan teks proklamasi. Dan selanjutnya merah putih diserahkan oleh Presiden republik ini kepada seorang anggota paskibra asal Bali untuk kemudian dikibarkan ke angkasa oleh para anggota Paskibra yang berbaris gagah di halaman istana negara. Kemudian selanjutnya dijaga oleh empat orang paspampres (Pasukan Pengaman Presiden) yang setiap 30 menit sekali akan bergiliran menjaga.

Merah Putih telah banyak berkibaran dari pekan - pekan biasanya dibulan Agustus ini. Sebuah tanda bahwa negeri ini tengah memperingati hari kemerdekaannya. Dan seluruh rakyat pun kemudian dibawa kedalam heroisme masa lalu saat para pahlawan mengorbankan jiwa dan raganya untuk satu kata bernama Merdeka!

Lalu bangsa ini pun merdeka. Bukan pada tanggal yang direncanakan oleh BPUPKI. Bukan pula karena pemberian negara penjajah. Bukan pula lewat sebuah pertempuran. Karenanya wajar jika dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia, sangat jelas sekali tertulis "Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa". Karena kemerdekan Indonesia ternyata merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa yang dengan kekuasaanNya berada diats berbagi rencan dan kuasa manusia.

Dan inilah republik yang telah membaringkan jutaan syuhadanya. Negeri yang telah berusia 63 tahun. Negeri yang dengan bangga dikumandangkan oleh Multatuli sebagi Zamrud Khatulistiwa. Negeri yang wilayah perairanya menyatukan pulau - pulau didalamnya. Negeri yang diperjuangkan sedemikian rupa oleh para ulama yang berjiwa ksatria seperti M. Natsir. Oleh para pemimpinya yang berjiwa negarawan seperti M. Hatta. Oleh tentaranya yang menyatukan keimanan dengan keberanian seperti Panglima Sudirman.

Dan inilah republik ini setelah para pahlawan itu beristirahat dengan tenang. Ada Mahmud, seorang kepala sekolah yang juga bekerja sebagi pemulung. Gaji terakhirnya adalah 200 ribu per bulan. Ada juga Kathe Vince Dimara, seorang reporter radio di Papua yang untuk bekerja membutuhkan waktu tempuh selama 1 - 2 jam dengan berjalan kaki. Ada juga Salomina, bocah papua yang harus menyeberang sungai yang deras dan berjalan hingga 2 jam untuk berangkat sekolah.

Ada berjuta lagi rakyat Indonesia yang setelah merdeka justeru hidup bak negeri jajahan. Ada banyak pemandangan kontras yang bisa dilihat dengan kasat mata bahwa kita memang satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa tapi kita tidak satu hati untuk bisa berempati. Untuk tidak berlomba - lomba memamerkan kekayaan dihadapan para fakir miskin.

Lihat handphone kita. Melebihi dari apa yang kita butuhkan. Lihat gaya hidup kita. melebihi dari apa yang kita butuhkan. Lihat tayangan sinetron dan film kita. Lihat kelakuan kita. Lihat syair lagu - lagu kita. Lihat... lihat dengan hati. Betapa banyak sisi hidup kita yang berlebihan. seolah - olah semua adalah hal biasa.

Mereka yang mengusir penjajah, terusir dinegerinya sendiri. Mereka yang mengusir kebodohan, justeru banyak yang kelaparan. Mereka yang berjuang ditanah orang, dihina habis - habisan.

Merah Putih telah setengah terbakar. Namun para guru yang ikhlas mengajar dipelosok - pelosok terpencil terus merajut merah putih. Saya teringat dengan salah seorang guru yang menceritakan langsung gajinya yang hanya 3000 per jam ngajar. Para tentara yang menjaga pulau - pulau terluar, terus merajut merah putih. Saya teringat dengan para tentar - tentara itu yang untuk mandi dengan air bersih saja kesusahan. Para atlit - atlit yang berlaga diberbagai event terus merajut merah putih. Saya teringat para mantan atlit itu banyak yang kesusahan dihari tuanya. Para pelajar yang bertarung dalam berbagai olimpiade fisika, kimia dan lain - lain terus merajut merah putih.

Sekarang giliran kau dan aku. Apakah kita yang membakar merah putih atau kita yang merajut merah putih. Stop gaya hidup mewah. Stop mementingkan diri sendiri. Bergeraklah menuju pelosok - pelosok. Berangkatlah dari ruang - ruang kuliahmu. Berangkatlah dari ruang - ruang diskusimu. Nyalakan harapan rakyat. Merdekakan mereka dari kebodohan. Merdekakan mereka dari serangan konsumerisme. Merdekakan mereka dari ancaman pemimpin yang dzalim.. Merdeka atau mati! Sebab kau akan dihisab setelah mati.... Untuk apa usiamu kau gunakan. Untuk apa ilmumu kau gunakan. Darimana dan untuk apa rizkimu kau belanjakan.....

Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online