Senin, 10 November 2008

Diary Ramadhan (4)

Dingin menerobos masuk saat adzan shubuh mengetuk pintu - pintu rumah. Memanggil para penghuninya untuk beranjak menuju masjid.

Iniliah hari dimana dalam rencana kehidupan saya, sekelompok anak SMA akan saya kumpulkan dalam acara pesantren kilat. Acara yang marak diadakan oleh banyak kalangan untuk memakmurkan bulan ramadhan. Anak - anak SMA ini merupakan para Ketua/Pengurus OSIS dan ROHIS disekolahnya masing - masing yang berada dalam jangkauan wilayah kerja dakwah saya dan teman - teman.

Sebenarnya, untuk pesantren kilat kali ini saya agak bingung. Jauh lebih bingung daripada ngadain pesantren kilat ramadhan tahun kemarin. Soalnya banyak kesibukan yang membuat saya tidak terlalu fokus menggarap acara ini. Terlebih karena wilayah dakwahnya bergeser dari wilayah dakwah tahun kemarin sehingga saya belum punya gambaran orang - orang yang akan membantu saya menyiapkan acara ini. Kalau tahun kemarin masih ada anak - anak KAMMI Untirta yang siap sedia membantu. Belum lagi soal dana yang belum jelas darimana sumbernya. tapi pertolongan Allah itu dekat.

Soal bantuan dana, saya bersyukur punya teman - teman sekelas yang bersedia membersihkan hartanya lewat program pesantren kilat ini. Satu persatu mereka menjadi tangan - tangan Allah yang mengalirkan bantuan dana untuk kesuksesan acara ini. Bahkan tangan mereka menjangkau jauh lebih banyak hingga ke kantong - kantong teman mereka. belum lagi tambahan dana dari teman - teman saya yang ada di Jakarta plus sedikit infak dari panitia yang menyediakan ruang buat saya untuk berbagi ilmu. Jadilah terkumpul dana yang cukup untuk sekedar memberi ifthor buat para peserta. Satu masalah sudah diberikan solusinya oleh Allah. Tinggal satu masalah lagi.

Alhamdulillah kemarin, saya berkesempatan mengisi kelompok pengajian binaan saya sehingga langsung terpikir untuk memberdayakan mereka sekaligus mengenalkan mereka dengan dunia dakwah yang lain diluar sekolah mereka. Dan anak - anak binaan saya menyambut tantangan dakwah ini dengan antusias sehingga saya mendapat keuntungan ganda. Dapat sumberdaya yang akan membantu kelancaran acara pesantren kilat dan dapat momentum untuk mendekatkan binaan saya dengan dunia dakwah. Alhamdulillah....

Dan pagi ini terhampar. Selepas shubuh tadi saya terus memantau kesiapan acara. Mengecek teman - teman satu kelompok pengajian yang bertugas untuk menyiapkan tempat, sound system dan tentu saja mobilisasi peserta. Karena semua itu tidak dapat saya jangkau karena rumah saya memang diluar wilayah garapan dakwah. Jadi tugas itu diamanahkan ke bapak - bapak yang memang berdomisili diwilayah dakwah tersebut. Sayapun mengecek kesiapan binaan saya yang mau ikut membantu acara. Sebagian mereka menginap dimushola sekolah. Sebagian pulang kerumahnya masing - masing.

Jam telah lewat dari jam 6.30. Acara akan dimulai jam 08.00. Itu berarti maksimal jam 07.00 saya harus sudah meluncur dari rumah mengingat waktu tempuh menuju tempat acara yang kurang lebih 30 menit - 45 menit dari rumah. Belum lagi hujan yang mengguyur semalam pasti membuat jalanan yang berlubang sedikit banyak akan menggoda sepanjang perjalanan.
Satu pesan singkat masuk ke telepon genggam saya. Pesan dari binaan saya. Mereka meminta maap karena sedari tadi tidak mengangkat panggilan telepon dari saya. Rupanya selepas shubuh tadi mereka terlelap lagi dan baru bangun. Saya tidak mungkin menunggu mereka sehingga saya berpesan untuk menyusul saja. Peluangnya sangat tipis mereka akan menyusul karena mereka sendiri belum mengenal wilayahnya. Tapi siapa tahu....

Ketika saya hendak keluar rumah, tiga orang binaan saya datang kerumah. Mereka sudah bersiap untuk mendampingi saya diacara pesantren kilat ini. Mereka rupanya tidur dirumah jadi terhindar dari serangan virus kantuk yang melumpuhkan teman - teman mereka yang tidur di Mushola.

Dan kami pun meluncur menuju tempat acara. meliuk - liuk menghindari lubang yang terkadang tiba - tiba saja seperti muncul tak terduga. Dan alhamdulillah. Kami sampai ditempat acara sebelum peserta berdatangan. Setidaknya tidak ada beban moril karena terlambat.

Didalam mushola saya melihat putrinya Pa Suwondo sedang membersihkan ruangan. Tinggal 10 menit lagi dari jadwal yang tertera diundangan. dan kami pun bergerak cepat membereskan ruangan. menyiapkan soundsystem, menata karpet, menyiapkan LCD dan seterusnya. Namun rupanya kami kalah cepat dengan peserta. Satu per satu mereka berdatangan disaat kami belum siap secara sempurna. Tapi alhamdulillah, tidak lama persiapan telah selesai. Dan acarapun dimulai.

Binaan saya pun berperan menjadi panitia dadakan. Sedikit pengarahan dan mereka pun bertugas menjadi MC dan pendamping kelompok plus menjadi panitia sapu jagat yang bertugas menangani segalanya mulai dari konsumsi, perlengkapan, penerima tamu dan sebagainya.

Materi pertama diisi oleh Kang Ria. Ketua Laboratorium Dakwah Remaja (Labdar) Propinsi Banten. Acara berlangsung sangat menarik. Ditambah lagi dengan selingan berbagai slide - slide menarik dengan potongan - potongan video yang segar, lucu dan menginspirasi peserta.

Selepas materi pertama, saya mengambil alih acara. Mulai dari memberikan materi hingga memandu game - game dinamika kelompok. Jam - jam terus berjalan. Satu persatu acara dilewati. Satu persatu nilai - nilai ditanamkan. Satu per satu harapan dihidupkan. Satu persatu mata hati dibuka. Satu per satu generasi baru terlahir dengan semangat baru. Dengan nilai baru. Dengan keimanan yang lebih segar.

Tinggal satu materi terakhir. Tenaga saya sudah terkuras. Saya lemas. Dan hanya bisa melanjutkan materi dengan duduk. Kepala terasa berat dan tenggorokan terasa kering. Tapi sebuah energi masuk kedalam jiwa. Yang memutuskan rasa lelah. Ketika para peserta terus memancarkan kebahagiaan. Memancarkan semangat dengan deras seolah berpacu dengan hujan yang turun sangat lebat. Peserta terus tersenyum. meminta agar materi terus dilanjutkan. Alhamdulillah...

Dan acara harus ditutup lebih cepat dari rencana semula. Tempat wudhu bermasalah sehingga sulit digunakan untuk mengambil air wudhu buat sholat ashar.

Ketika penutupan, peserta bersepakat untuk merutinkan acara seperti ini. Dengar saja penuturan salah seorang peserta. Saya lupa namanya tapi saya masih ingat wajahnya. Karena dibandingkan peserta yang lain, peserta yang satu ini berpenampilan agak "berandalan" sehingga tampak sebagai anak yang sulit diatur.

"Saya sebenarnya malas ikut acara - acara yang religius seperti ini. tapi saya disuruh sama pembina OSIS saya dan saya pun terpaksa ikut pesantren kilat ini. Dan ternyata acara disini berbeda dari apa yang saya bayangkan tentang pesantren kilat. Saya mengaku tobat. Semoga acara ini bisa lebih sering"

Dan kata Pa Ondo, peserta yang satu ini telah menelpon beliau. Dan dia telah membuat sebuah lagu yang terinspirasi dari pesantren kilat yang ia ikuti. Dan lagu itu telah diperdengarkan disalah satu radio swata terbesar di kota kami. Subhanallah...

Seluruh lelah telah berguguran. Selalu berguguran. Setiap saya melihat dan merasakan para peserta yang mengikuti program dakwah kami melewati jalan yang kami rintis dengan kebahagiaan. Mereka menemukan lagi jalan kehidupan yang selama ini telah tertutup semak belukar dunia. Hidayah itu milik Allah. Dan sungguh, kebahagiaan menyaksikan hidayah itu turun lewat jalan yang kita usahakan adalah pemandangan yang tidak pernah bisa dilukiskan oleh pelukis siapapun diatas kanvas manapun juga. Kebahagiaan itu tidak juga bisa dituangkan dalam kata - kata oleh penyair hebat sekalipun.

Kebahagiaan melihat hidayah itu turun hanya bisa kita rasakan jika kita menempuh jalan dakwah. Dan kau akan merasakan menjadi manusi yang paling beruntung dimuka bumi ini.

satu jalan telah dirintis dan dilalui. Tinggal saya dan teman - teman memastikan bahwa mereka sampai ketujuan. termasuk kami yang juga sebenarnya mengikuti jalan yang telah dirintis oleh pendahulu - pendahulu kami para nabi dan rasul....

Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online