Selasa, 19 Februari 2008

Kader Kreatif atau Kere Aktif

Menyimak diskusi disuatu sore mengenai kader kreatf, mengenai polah kader-kader dakwah yang memiliki sudut pandang unik, teguh dengan pandanganya, kemudian bergerak mantap untuk kemudian kita mengenalnya sebagai kader yang susah diatur, tidak bisa beramal jama’i atau semaunya sendiri atau gelar lain yang disematkan sebagai penghargaan atas ke-kreatifanya.

Sepanjang saya berputar bersama gerbong dakwah ini, beberapa “kawan” dekat saya merupakan kader “kreatif”. Mereka adalah orang-orang berhati mulia, dengan pemikiran yang brilian namun memiliki bahasa yang sulit untuk dipahami oleh orang-orang biasa (saya tidak menyebut orang biasa disini sebagai tidak kreatif). Mereka memiliki intuisi yang kerap tidak dapat ditangkap oleh radar kebanyakan kader yang lain. Atau mereka terlalu banyak membaca buku yang lain sehingga pembacaanya lebih luas, melihat lebih banyak sehingga pandangannya jauh kedepan, mendengar lebih banyak sehingga analisisnya hanya dapat didengar oleh manusia masa depan. Disisi lain, merekapun memiliki permasalahan sekali lagi pada masalah “komunikasi”. “Mereka” suatu ketika bertanya lirih “mengapa “Orang-orang” kok gak pernah mau memahami?”. Suatu ketika juga “Orang-orang” itu mengomentari “Mereka” “hidup berjamaah ini jangan Cuma dipahami!”. Adakah yang salah? Apakah memang kader kreatif itu hidup pada zaman yang salah atau tempat yang salah. Yang aku tahu beberapa dari yang saya kenal pada akhirya ditenggelamkan atau memilih tenggelam.

Kawan-kawan Lentera memberi komentar bahwa kader kreatif adalah mereka yang memberikan kontribusi kebaikan. Mereka yang memutar kreatifitasnya dalam batas-batas syar’i dan tidak melanggar konstitusi. Artinya, jika ada seorang kader yang “melawan” instruksi tetapi membawa kebaikan yang lebih besar, maka dia dikatakan sebagai kader kreatif bukan kader “nakal”. Sebaliknya, jika kemudian ijtihad pribadinya memberikan “kemudharatan”, maka dia harus memiliki jiwa kesatria jika kemudian jama’ah memberikan “sentuhan sayang” berupa teguran, hukuman dan sejenisnya.

Maka kreatifitas seorang kader adalah kreatifitas yang bertanggung jawab. Kreatifitas yang menghadirkan pelajaran-pelajaran berarti untuk langkah hidupnya atau langkah gerakannya kedepan. Kreatifitas yang membawa jama’ah ini menjadi begitu dinamis dan senantiasa waspada. Terjaga dari segala keotoriteran atau patronase kebenaran pada hal-hal yang seharusnya memiliki alternatif-alternatif pandangan. Kreatifitas yang menghidupkan kebenaran. Kreatifitas yang memberikan berkah perbedaan, bukan musibah perpecahan.

Maka menjadi kader kreatif berarti memilih berani untuk menyatakan pendapatnya dengan segala dalilnya. Berarti memilih jalan untuk siap dikucilkan. Berarti harus siap dengan jebakan riya, ujub dan sebagainya sebab pada suatu waktu ternyata pendapatmu adalah yang paling tepat justru pada saat engkau telah menerima tuduhan macam-macam.

Disinilah kemudian kita harus bertekad untuk tidak menjadi kader kere aktif. Yaitu mereka yang tidak memiliki pijakan selain karena otoritasnya yang lebih tinggi dari yang lain. Mereka yang “kere” bacaan tapi aktif memotong ide. Mereka yang “kere” data kuantitatif maupun kualitatif dalam mengambil kebijakan untuk dirinya maupun gerakannya.

Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online