Selasa, 19 Februari 2008

Tentang Seseorang (2)

Surga yang lain

Saya menangis didepan gerbang TK. Menanti bapak datang menjemput dengan sepeda yang biasa mengantarkan saya ke sekolah. Saya tidak mau diantar atau dijemput kecuali dengan bapak. Ya...bapak adalah sosok yang istimewa bagi saya. Bapak yang humoris, pinter ngomong dan banyak teman. Saat emak berangkat ke kantor, detik-detik dilalui bersama bapak distudio foto yang kami miliki. Atau bersama-sama melihat beberapa sawah kami yang sedang panen. Bapak membawa saya pada dunia yang lebih luas. Pada pandangan yang lebih membentang.

Saya belajar banyak hal dari bapak. Tentang kesabaran. Tentang ketegaran. Perjalanan hidup bersamanya adalah potret bahagia yang terbingkai rapih dalam ingatan.

Sewaktu aktif di Pramuka, bapak telaten mengikutiku ketika Gudep Sekolah mengadakan penjelajahan yang cukup jauh. Seingat saya waktu itu saya duduk di kelas 2 SD. Peluh mengalir pelan dari pipiku dan bapak hanya tersenyum. Senyum yang mengusir keluh. Saat perjalanan kembali dilanjutkan, sesekali saya melihat ke belakang dan selalu senang saat menemukan bapak masih berada dibelakangku.

Masih di aktivitas ke Pramukaan dan waktu yang telah membentang. Saya sudah menginjak kelas 4 SD. Bapak sudah tidak lagi mengikutiku saat penjelajahan. Dan semakin kurasa kehilangannya saat Jambore Nasional 1996 di Cibubur. Waktu itu saya duduk di bangku SMP. Ini adalah kemah terlama yang saya ikuti. Disaat teman – teman lain dijenguk orang tuanya rasa kehilangan itu semakin nyata. Tenda yang sepi menjadi saksi bisu air mata kerinduan yang merayap. Membuat saya semakin tahu betapa berharganya sosok orang tua.

Ketika kami memberi makan ayam – ayam dibelakang rumah, bapak mengambil buku panduan penataran P4 yang kupegang. Disitu tertera nama – nama siswa yang berprestasi atau yang menjabat sebagai pengurus OSIS. Saat itu Bapak berujar ”Juli harus tertera namanya seperti senior – senior ini”. Dan saya pun tertera dibuku penataran P4 ditahun – tahun berikutnya. Do’a orangtua memang cepat sampai pada Allah.

Bapak jarang memberi nasehat lewat kata, dia memberinya lewat cinta yang nyata dirasa. Lewat kepercayaan yang diberikan kepada anaknya untuk terus berkelana. Mencari mutiara – mutiara kehidupan yang bertebaran dibumi. Bapak tidak pernah melarang saya aktif diberbagai organisasi. Bapak lah yang mendorong saya ikut Jambore nasional meski biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Bapak lah yang mendorong saya untuk sekolah disekolah – sekolah papan atas. Bapak juga yang terus mendorong saya untuk terbang lebih tinggi. Untuk tidak takut bersaing dengan orang lain. Untuk memecah keterbatasan selama masih ada ruang kemungkinan. Untuk terus melaju meski kerap terjatuh. Untuk terus meniti tangga menuju tempat yang lebih tinggi.

Dia yang bersusah payah membiayai kepakkan sayap saya. Bahkan terkadang harus meminjam kepada keluarga yang lain agar saya terus melaju. Tak perduli perih yang telah menganga, bapak terus mendorong saya, bahkan hingga saat ini. Bapaklah sesungguhnya anak tangga – anak tangg yang mengantarkanku ketempat sekarang. Dan begitulah kebanyakan orang tua telah menjadi anak tangga – anak tangga yang diinjak oleh anak – anaknya tercinta.

Maka saat kau telah meninggi, janganlah lupa. Bahwa engkau sesungguhnya berdiri diatas kepayahan orang tua. Ah bapak...semoga kudapatkan surga dari setiap kebahagiaan yang kau rasa saat ananda meraih prestasi demi prestasi dalam kehidupan ini. Rabb saya menyayanginya, ku mohon sayangilah Bapak.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

lop yu dad

 

blogger templates | Make Money Online