Awalnya pembicaraan ringan, tapi lama kelamaan timbul perasaan ingin mengenal lebih jauh. Yang terjadi, katakanlah sang lelaki sedang menimang untuk jatuh cinta. Sang perempuan ternyata lebih dulu memutuskan jatuh cinta. Sang lelaki tertembak. Dia gundah.
Beginilah cinta bermain. Dari mata turun kehati. Dari kata menjelma jadi simpati. Pelan namun pasti, gelora itu hadir menggoda. Siapa yang menabur, dia menuai. Namun cinta bukan masalah suka semata. Sang lelaki tahu betul itu. Ia berkomunikasi pada sahabatnya. Menceritakan gundah gulananya. Tentang cinta yang bermain-main dipelupuk mata. Cinta yang sudah lebih dulu ditangkap oleh sang perempuan.
Para pecinta selalu membutuhkan tempat berbagi. Sang sahabat mendengarkan pasti sebab dia tahu betul orang yang sedang jatuh cinta lebih ingin mengungkapkan gelora yang terjadi dalam hatinya. Meskipun awalnya terkadang malu-malu untuk diungkapkan.
Beginilah nasib mencintai. Ada yang bertepuk sebelah tangan, ada yang tidak ditepuk dan ada yang bertepuk. Yang bertepuk sebelah tangan, patah hati. Yang tidak ditepuk, tersimpan dihati. Yang bertepuk, riang hati.
Maka ramadhan yang kesekian, sang lelaki menyimpan pertanyaan pada sahabat, mengapa kisah cintanya kerap hadir saat ramadhan? Ada apa dengan ramadhan? Mungkinkah karena saat itu dia berada pada pusaran yang paling kuat dengan Sang Pemberi Cinta? Sang lelaki belum menemukan jawabnya. Entah butuh berapa ramadhan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar