Selasa, 19 Februari 2008

Tentang Sesorang (3)

Sahabat

Adakah orang yang tidak mempunyai seorang pun teman istimewa dalam kehidupannya. Teman yang memberinya ruang untuk berbagi setiap tawa dan tangisnya. Teman yang menempati rongga-rongga istimewa di taman hatinya. Teman yang menjadi tempat berlari kita dari kegelisahan-kegelisahan manusiawi.

Dia bukan sekedar teman. Sebab teman biasa tidak membuat kita nyaman menangis dihadapannya. Mengambil rasa percaya kita sehingga saat-saat jatuh cinta pun kita ceritakan padanya. Atau membagi rahasia terbesar dalam hidup kita.

Ini tentang seseorang. Atau beberapa orang. Yang meredakan gejolak amarah kita dan menunjukkan kita kebenaran. Seolah-olah kita melemparkan bebatuan amarah ketengah danau telaga nan luas. Awalnya melahirkan riak gelombang tapi ujungnya adalah kedamaian. Kita menyebut seseorang ini dengan panggilan sahabat.

Sahabat sejati hadir untuk memberi. Dia bukan orang yang selalu membenarkan kata-kata kita. Sebab sahabat sejati adalah yang mampu berkata benar dihadapan kita. Sahabat sejati membela kita saat kita salah. Bukan dengan membenarkan kesalahan kita tetapi dengan menunjukkan kebenaran kepada kita. Saat itulah kita mengetahui kesalahan dan kekhilafan kita. Sahabat sejati datang tidak untuk menghakimi. Tapi untuk menghadirkan kebijakan dalam relung-relung hati kita. Yang membuat kita tak ingin kehilangan dirinya.

Betapa banyak yang ingin kita ceritakan padanya. Menahan kerinduan saat dia jauh dari kita. Terlebih saat-saat kita membutuhkan kehadirannya. Saat-saat kita membutuhkan cermin untuk melihat diri kita. Betapa berharganya sahabat kala itu. Sebab sesuatu kerap kita ketahui nilai keberadaanya justeru saat dia hilang atau jauh dari kita.

Bagaimanapun, sahabat tetaplah manusia biasa. Adakalanya dia berubah menjadi orang yang begitu kita benci. Menjadi orang asing yang tidak kita kenal sebelumnya. Mungkin karena rasa percaya yang hilang dari diri kita. Mungkin juga karena cemburu yang membangunkan egois dalam diri kita. Bahkan mungkin karena tidak sejalan dengan kita. Terlalu jauh berbeda. Saat itulah mungkin segala kebaikannya selama ini tiba-tiba hilang dari jejak. Saat itulah kita melupakan bahwa selama ini dia mungkin memendam setiap gelisah yang dia miliki sebagai seorang manusia biasa. Saat dia ingin berbicara tetapi kita menginginkan dia mendengar. Saat dia ingin bertutur tapi kita lebih dahulu bertutur.

Seharusnya tak ada kata pergi atau menghilang bagi sahabat. Sebab sahabat bak bintang gemintang. Kala terang kita mungkin tak melihatnya tetapi sesungguhnya dia ada. Maka jangan hanya melihatnya saat malam menghampirimu, sapalah dia saat kau juga melihat terang. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum sahabat benar-benar tak mampu kita lihat. Dan tak lagi dekat.

Nb: teruntuk sahabat karib, terimalah salam hangatku…

Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online