Rabu, 20 Februari 2008

Tentang Cinta

Cinta adalah kata ajaib. Kata yang begitu menggemaskan sehingga tak jemu-jemunya berbagai macam tulisan mengupas tuntas tentangnya. Jika kau menanyakan pada setiap orang yang pernah jatuh cinta, mereka pasti kesulitan mendefinisikan cinta. Sebab cinta memang tidak butuh definisi. Dia adalah hak istimewa bagi para pecinta, sehingga secara absurd definisinya pun mengiringi penafsiran para pecinta.

Bagi kita para remaja yang tergabung dalam barisan dakwah, tentu lebih tersipu malu jika ditanya soal cinta. Walaupun kita tentu sepakat bahwa cinta tertinggi hanya untuk Allah, tapi toh kita juga tidak terbebas begitu saja dari yang namanya jatuh cinta kepada lawan jenis. Dia datang tiba-tiba saja tanpa pernah kau mengerti atau tanpa pernah kau inginkan.

Begitulah cinta datang menyapa. Bisa berupa air bah yang menggulung para pecinta dalam lembah penderitaan, tapi bisa juga datang bak seteguk air bagi para pengembara ditengah samudera padang pasir yang tandus. Dia bisa datang bak kobaran api yang membakar pepohonan di rimba belantara, namun juga bisa hadir bak api unggun bagi para pendaki. Tapi cinta adalah angin, hanya bisa kau rasakan.

Maka para pecinta hanya bisa bertemu dengan para pecinta juga. Orang mungkin heran melihat para pecinta yang memberikan apa saja kepada yang dicintai, memberi kehormatan dirinya bahkan nyawanya. Orang mungkin heran melihat para pecinta yang meratapi kepergian orang yang dicintainya hingga menjadi pesakitan sebagaimana kisah Laila-Majnun. Semuanya bagi saya wajar sebab sekali lagi, cinta hanya bisa dipahami dengan cinta. Tidak dengan logika. Logika hanya dipakai untuk mengendalikan dan tidak untuk memahami cinta.

Maka berdakwah adalah cinta. Sebab kita akan menyapa orang-orang yang dikaruniai cinta. Inilah mungkin yang menjadi rahasia kesuksesan Rasulullah, sebab Ia begitu mencintai ummatnya. Hingga akhir hayatnya. lafal cintanya mengalun.. ummatii..ummatii..ummatii.

Rasulullah bisa sedemikian tulus memberikan cinta kepada ummatnya sehingga cinta ummatnya pun mengalir begitu deras padanya. Terutama para generasi sahabat yang menjadikan diri mereka sebagai tameng bagi sang rasul. Rahasianya jelas pada pusaran cinta Rasulullah pada Sang Pemberi Cinta, Allah swt. Kita tentu ingat bagaimana kaki Rasulullah membengkak saat berkhalwat dengan Rabbnya, diiringi tangis syahdu yang membuat orang-orang disekitarnya niscaya akan merasakan pusaran kenikmatannya.

Begitulah cinta sejati. Jika dia berada pada pusaran Sang Pemberi Cinta, maka kenikmatannya menjalar dibanyak orang. Sementara cinta kamuflase, hanya menjalar diantara mereka. Radius kenikmatannya sangat lemah sekali dirasakan oleh sekelilingnya. Maka saat kita sedang jatuh cinta pada seseorang, lihatlah reaksi orang-orang shaleh disekeliling kita. Jika mereka nyaman dengan drama cinta yang sedang bermain dalam hati kita, maka mudah-mudahan cinta kita berada pada pusaran yang sama dengan Rasulullah. Namun jika kita tiba-tiba merasa sangat jauh dengan orang-orang shaleh disekitar kita, mungkin ada yang salah dengan cinta kita. Sebab pusaran orang saleh berada pada pusaran cinta Allah, Sang Pemberi Cinta.

Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online